Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Rabu, 06 November 2013

Menyehatkan Masyarakat dengan Konstribusi Sederhana yang Nyata

Menyandang status sebagai mahasiswa tentu berbeda dengan status sebagai siswa. Yang membuatnya berbeda bukan hanya kata “maha” yang disandang, melainkan pola pikir, dan kewajiban. Siswa hanya berkewajiban untuk belajar dan mentaati peraturan. Berpikir dengan cara sederhana dan berperan statis masih dimaklumi untuk seorang siswa. Lain halnya dengan mahasiswa. Mahasiswa dituntut untuk lebih luas dalam berpikir. Mahasiswa berkewajiban untuk berpikir lebih kritis dan berorientasi masa depan. Selain itu, mahasiswa juga memiliki kewajiban baru, yaitu mengamalkan ilmu yang diterima dalam bentuk pengabdian ke masyarakat. Hal ini sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi yang telah didukung Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (UU Dikti). Perguruan tinggi tidak boleh membeda-bedakan antara bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Seperti yang diungkapkan Mendikbud, Mohammad Nuh bahwa seluruh civitas akademika diharapkan yakin tiga pilar itulah yang harus dikembangkan, ditumbuhkan dan ditegakkan. Salah satu bidang yang sangat mengaharapkan konstribusi dari mahasiswa ialah bidang kesehatan. Mahasiswa kesehatan masyarakat memiliki peran penting dalam hal ini. Ilmu yang dipelajari oleh mahasiswa kesehatan masyarakat akan sangat berguna jika diamalkan untuk menyehatkan masyarakat.

Ilmu kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan praktek (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Dari teori yang dipelajari, jelas terbukti bahwa mahasiswa kesehatan masyarakat memang dipersiapkan untuk bermanfaat bagi masyarakat di bidang kesehatan. Sebagai negara berkembang dengan penduduk super padat, Indonesia memiliki permasalahan kesehatan yang cukup sulit. Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sedang kita hadapi saat ini adalah beban ganda masalah gizi. Pada tahun 1990, prevalensi gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 31%, sedangkan pada tahun 2010 terjadi penurunan menjadi 17,9%. Berdasarkan data Riskesdas 2010, prevalensi gizi lebih pada Balita sebesar 14,0 %, meningkat dari keadaan tahun 2007 yaitu sebesar 12,2 %. Masalah gizi lebih yang paling mengkhawatirkan terjadi pada perempuan dewasa yang mencapai 26,9% dan laki-laki dewasa sebesar 16,3%. Selain masalah gizi, sekarang ini meluasnya penyakit seperti demam berdarah, malaria, muntaber, dan flu burung juga menjadi masalah yang perlu dikhawatirkan. Mahasiswa kesehatan masyarakat dituntut untuk lebih peka dan sadar untuk segera melakukan perbaikan dan perubahan.

Melakukan perubahan dan perbaikan besar memang tidak semudah yang dibayangkan. Banyak hal yang harus dipikirkan dan dikerjakan. Namun seorang tokoh dunia bernama Lao Tzu pernah berkata, “Sebuah perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa jika akan melakukan suatu hal besar yang dirasa berat dan sulit, mulailah dari satu langkah sederhana. Satu langkah sederhana dalam proses ini bisa dimulai dari diri sendiri. Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, tentulah ilmu-ilmu kesehatan yang dipelajari harus benar-benar diresapi dan ditanamkan dalam diri. Contoh penerapannya seperti, menghilangkan kebiasaan buruk yang dapat merusak kesehatan. Bagi yang merokok, segeralah berhenti. Biasakan pola hidup sehat seperti olahraga, makan-makanan bergizi, dan menjaga kebersihan diri. Memang, kegiatan-kegiatan diatas rasanya sangatlah sederhana dan mustahil dapat membawa dampak besar ke masyarakat. Namun, kegiatan yang sederhana ini merupakan langkah nyata untuk memulai semuanya kedepan. Dengan memulainya dari diri sendiri, tentu kedepannya akan lebih mudah menerapkannya ke masyarakat.

Kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah ada dalam diri masing-masing selanjutnya bisa ditularkan ke orang sekitar. Dimulai dari orang-orang terdekat, seperti keluarga, teman-teman, kemudian ke tetangga sekitar. Salah satu caranya ialah dengan mengajak mereka untuk ikut serta dalam kebiasaan-kebiasaan baik tersebut. Dengan itu, persepsi mereka tentang pentingnya kesehatan bisa dengan mudah dikembangkan.

Untuk melakukan suatu perubahan besar janganlah jadi orang yang pasif dan hanya menunggu aksi orang lain. Menjadi pencetus dan motor penggerak akan lebih membawa hasil. Contoh kegiatannya ialah dengan membuat komunitas yang dimulai dari teman-teman satu fakultas yang aktif menyelenggarakan gathering dan seminar bersama. Dengan ini, akan ada lebih banyak ide dan rencana yang tersaring. Perluas pergaulan sehingga dapat menjalin kerja sama dengan komunitas-komunitas lain yang sudah besar untuk dapat melakukan aksi-aksi yang langsung turun ke masyarakat seperti penyuluhan, bantuan pelayanan kesehatan (posyandu, puskesmas, dll), serta aktif dalam organisasi semacam PMI.


Kegiatan-kegiatan diatas mungkin sangat sederhana, namun apabila direncanakan matang dan dijalankan dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat, maka hasilnya pasti akan lebih baik dibanding perencanaan sempurna namun terlalu lama dan tidak menunjukkan aksi langsungnya. Selain bermanfaat untuk masyarakat, konstribusi seperti ini juga bermanfaat untuk mahasiswa sebagai pengalaman nyata sebagai modal besar untuk membuat skripsi bahkan di dunia kerja nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar