Menyandang status sebagai mahasiswa tentu
berbeda dengan status sebagai siswa. Yang membuatnya berbeda bukan hanya kata
“maha” yang disandang, melainkan pola pikir, dan kewajiban. Siswa hanya
berkewajiban untuk belajar dan mentaati peraturan. Berpikir dengan cara
sederhana dan berperan statis masih dimaklumi untuk seorang siswa. Lain halnya
dengan mahasiswa. Mahasiswa dituntut untuk lebih luas dalam berpikir. Mahasiswa
berkewajiban untuk berpikir lebih kritis dan berorientasi masa depan. Selain
itu, mahasiswa juga memiliki kewajiban baru, yaitu mengamalkan ilmu yang
diterima dalam bentuk pengabdian ke masyarakat. Hal ini sesuai dengan tri
dharma perguruan tinggi yang telah didukung Undang-Undang No. 12 Tahun 2012
tentang Pendidikan Tinggi (UU Dikti). Perguruan tinggi tidak boleh
membeda-bedakan antara bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Seperti yang diungkapkan Mendikbud, Mohammad Nuh bahwa seluruh civitas akademika
diharapkan yakin tiga pilar itulah yang harus dikembangkan, ditumbuhkan dan
ditegakkan. Salah satu bidang yang sangat mengaharapkan konstribusi dari
mahasiswa ialah bidang kesehatan. Mahasiswa kesehatan masyarakat memiliki peran
penting dalam hal ini. Ilmu yang dipelajari oleh mahasiswa kesehatan
masyarakat akan sangat berguna jika diamalkan untuk menyehatkan masyarakat.
Ilmu kesehatan masyarakat adalah kombinasi
antara teori (ilmu) dan praktek (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit,
memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Dari
teori yang dipelajari, jelas terbukti bahwa mahasiswa kesehatan masyarakat
memang dipersiapkan untuk bermanfaat bagi masyarakat di bidang kesehatan.
Sebagai negara berkembang dengan penduduk super padat, Indonesia memiliki
permasalahan kesehatan yang cukup sulit. Salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang sedang kita hadapi saat ini adalah beban ganda masalah gizi.
Pada tahun 1990, prevalensi gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 31%, sedangkan
pada tahun 2010 terjadi penurunan menjadi 17,9%. Berdasarkan data Riskesdas
2010, prevalensi gizi lebih pada Balita sebesar 14,0 %, meningkat dari keadaan
tahun 2007 yaitu sebesar 12,2 %. Masalah gizi lebih yang paling mengkhawatirkan
terjadi pada perempuan dewasa yang mencapai 26,9% dan laki-laki dewasa sebesar
16,3%. Selain masalah gizi, sekarang ini meluasnya penyakit seperti demam
berdarah, malaria, muntaber, dan flu burung juga menjadi masalah yang perlu
dikhawatirkan. Mahasiswa kesehatan masyarakat dituntut untuk lebih peka dan
sadar untuk segera melakukan perbaikan dan perubahan.
Melakukan perubahan dan perbaikan besar
memang tidak semudah yang dibayangkan. Banyak hal yang harus dipikirkan dan
dikerjakan. Namun seorang tokoh dunia bernama Lao Tzu pernah berkata, “Sebuah
perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah”. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa jika akan melakukan suatu hal besar yang dirasa berat dan sulit, mulailah
dari satu langkah sederhana. Satu langkah sederhana dalam proses ini bisa
dimulai dari diri sendiri. Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, tentulah
ilmu-ilmu kesehatan yang dipelajari harus benar-benar diresapi dan ditanamkan
dalam diri. Contoh penerapannya seperti, menghilangkan kebiasaan buruk yang
dapat merusak kesehatan. Bagi yang merokok, segeralah berhenti. Biasakan pola
hidup sehat seperti olahraga, makan-makanan bergizi, dan menjaga kebersihan
diri. Memang, kegiatan-kegiatan diatas rasanya sangatlah sederhana dan mustahil
dapat membawa dampak besar ke masyarakat. Namun, kegiatan yang sederhana ini
merupakan langkah nyata untuk memulai semuanya kedepan. Dengan memulainya dari
diri sendiri, tentu kedepannya akan lebih mudah menerapkannya ke masyarakat.
Kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah ada dalam
diri masing-masing selanjutnya bisa ditularkan ke orang sekitar. Dimulai dari
orang-orang terdekat, seperti keluarga, teman-teman, kemudian ke tetangga
sekitar. Salah satu caranya ialah dengan mengajak mereka untuk ikut serta dalam
kebiasaan-kebiasaan baik tersebut. Dengan itu, persepsi mereka tentang
pentingnya kesehatan bisa dengan mudah dikembangkan.
Untuk melakukan suatu perubahan besar
janganlah jadi orang yang pasif dan hanya menunggu aksi orang lain. Menjadi
pencetus dan motor penggerak akan lebih membawa hasil. Contoh kegiatannya ialah
dengan membuat komunitas yang dimulai dari teman-teman satu fakultas yang aktif
menyelenggarakan gathering dan seminar bersama. Dengan ini, akan ada lebih
banyak ide dan rencana yang tersaring. Perluas pergaulan sehingga dapat
menjalin kerja sama dengan komunitas-komunitas lain yang sudah besar untuk
dapat melakukan aksi-aksi yang langsung turun ke masyarakat seperti penyuluhan,
bantuan pelayanan kesehatan (posyandu, puskesmas, dll), serta aktif dalam
organisasi semacam PMI.
Kegiatan-kegiatan diatas mungkin sangat
sederhana, namun apabila direncanakan matang dan dijalankan dengan
sungguh-sungguh dan penuh semangat, maka hasilnya pasti akan lebih baik
dibanding perencanaan sempurna namun terlalu lama dan tidak menunjukkan aksi
langsungnya. Selain bermanfaat untuk masyarakat, konstribusi seperti ini juga
bermanfaat untuk mahasiswa sebagai pengalaman nyata sebagai modal besar untuk
membuat skripsi bahkan di dunia kerja nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar