Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Rabu, 20 November 2013

Gagasan Nekat Yamin pada Kongres Pemuda II


Dalam Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928, Mohammad Yamin berperan sebagai sekretaris. Secara tata organisasi, Yamin bertugas mencatat segala pembahasan dalam kongres. Namun kenyataannya, dia juga ikut berpidato. Kata Ketua Kongres Pemuda II, Soegondo Djojopoespito, Yamin memiliki gagasan nekat dalam pertemuan itu. Meskipun Belanda terus mengawasi kegiatan mereka selama 24 jam, Yamin tidak takut menggelontorkan ide soal tanah yang satu, bangsa yang satu, bahasa yang satu: Indonesia.
“Ia kesampingkan fakta bila Belanda masih menguasai Indonesia,” kata Seogondo dalam Majalah Tempo edisi 2 November 2002, berjudul Secarik Kertas untuk Indonesia.
Sebagai sastrawan, Yamin begitu mngedepankan imajinasinya. Tanpa takut ia menyebut persatuan dan kebangsaan Indonesia adalah hasil pikiran serta kemauan sejarah yang sudah berumur ratusan tahun. Menurut dia, semangat kemerdekaan yang selama ini tertidur, kini telah bangun. “ Inilah yang dinamakan roh Indonesia,” kata Yamin. Menurut Soegondo, ucapan Yamin itu terlalu bombastis, terutama untuk Indonesia yang masih terjajah. Akan tetapi, efeknya menjadi luar biasa kala didengar anggota kongres yang berusia muda. “Mereka anggap pemikiran Yamin itu brilian,” ujar Soegondo. Aksi Yamin tidak berhenti sampai di situ. Dia juga memelintir fakta soal kehadiran pemuda di Indonesische Clubgebouw, Jalan Kramat Raya 106, Jakarta Pusat. Kepada media massa, Yamin mengatakan bila peserta yang hadir datang dari seluruh Indonesia. Yamin tidak bermaksud menipu. Ia hanya memberikan kesan seolah-olah para pemuda di kongres itu khusus datang menggunakan kapal atau perjalanan darat dari pelbagai daerah dan pulau. Padahal, utusan kongres yang mewakili daerah kebanyakan datang dari Jakarta dan Jawa. “Ia lebih mengutamakan efek daripada kebenaran,” kata Soegondo. Peran Mohammad Yamin dalam Kongres Pemuda II memang tak bisa dipandang sebelah mata. Berkat dia juga, rumusan Sumpah Pemuda tercipta. (Baca juga: Yamin, Sang Perumus Sumpah Pemuda).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar