Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Minggu, 10 November 2013

Buta Huruf Bukan Sekedar Masalah Tidak Bisa Baca

Angka buta huruf di Indonesia lebih kurang berjumlah enam juta jiwa yaitu sekitar 8% dari total seluruh penduduk Indonesia. Banyaknya jumlah jiwa yang masih mengalami buta huruf merupakan salah satu indikator yang menunjukkan bahwa negara kita masih belum maju, karena buta huruf berkaitan dengan pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan sebuah bangsa.

Permasalahan buta huruf bukanlah merupakan sebuah masalah satu sektor saja, tetapi lebih kepada permasalahan yang merupakan akibat dari beberapa sektor. Kemiskinan merupakan salah satu sektor permasalahan yang mengakibatkan seseorang buta huruf, kenapa demikian ? Karena jika seseorang hidup miskin maka seseorang akan banyak menghabiskan waktunya untuk mencari penghasilan, selain itu juga jika seseorang itu miskin maka bagaimana mungkin dia akan dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya, apalagi ditengah harga pendidikan yang kian melambung. Selain itu juga ada beberapa permasalahan lainnya, seperti sulitnya mencari air bersih, dimana untuk mencari air bersih yang harus menempuh jarak berkilo-kilo. Satu hal lagi yang saya tuliskan disini adalah permasalahan mental, dimana mental masyarakat kita yang lambat laun terbentuk untuk berfikiran bahwa, “buat apa sekolah, nanti kalau ujung-ujungnya jadi pengemis, dan bla-bla“.

Kondisi permasalahan buta huruf ini merupakan masalah kita bersama. Ada beberapa pihak yang sudah mulai melakukan berbagai gerakan, sebagai contoh gerakan Indonesia Mengajar yang dipelopori oleh seorang Bapak Anis Baswedan yang merupakan seorang Top Young Leader versi majalah TIME. Dan ada gerakan-gerakan dari bawah yang mulai mempelopori pemberantasan buta huruf ini.

Disinilah letak peran penting para intelektual yang sudah melek huruf, melek pengetahuan, dan melek terhadap berbagai hal untuk dapat turun langsung. Peran lembaga pendidikan yang tertulis dalam tri dharma perguruan tinggi yang salah satunya adalah pengabdian masyarakat, masih terlihat tumpul dalam mengupayakan pengabdian terhadap masyarakat. Karena terkadang program-program yang digulirkan cenderung menghantam pada satu masalah, tetapi tidak mengatasi masalah lain yang berkenaan. Hal inilah yang membuat program pengentasan buta huruf atau buta aksara menjadi tidak efektif.

Melihat permasalahan diatas, kita biasanya akan mencari kambing hitam, siapa yang akan dipersalahkan atas permasalahan ini, apakah pemerintah atau siapa. Kalau kita sibuk mencari siapa yang salah maka tidak akan ada habisnya. Untuk itu diperlukan solusi-solusi konkrit yang bisa diaplikasikan dan dilaksanakan, berikut solusi yang bisa dilakukan : Berdiskusi dengan pihak institusi untuk mengadakan program KKN yang intinya adalah penerapan keilmuan di tengah-tengah masyarakat. Pengadvokasian KKN kepada insitusi merupakan langkah konkrit untuk menyadarkan kembali kepada institusi bahwa mereka punya andil dalam mengabdi kepada masyarakat sebagaimana tertuang dalam tri dharma perguruan tinggi. Ikut serta dan menjadi bagian dalam program-program yang berkenaan dengan pemberantasan buta aksara. Membiasakan berdiskusi dengan masyarakat sekitar sehingga menumbuhkan rasa kepedulian atau dalam bahasa yang lebih keren yaitu "sense of caring". Dengan adanya rasa kepedulian maka kita akan dapat merasakan bagaimana yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, dan akan membuat kita semakin jelas dalam menentukan permasalahan apa yang saat ini harus diselesaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar