Dari
Abdullah bin Mas’ud r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah suatu kaum
yang melakukan dengan terang-terangan berupa riba dan zina, melainkan halal
bagi Allah untuk menimpakan azabnya kepada mereka.” (HR. Ahmad)
Cobaan
dan ujian adalah sunnatullah yang Allah ‘berlakukan’ terhadap
hamba-hamba-Nya di muka bumi. Ada
beberapa gambaran mengenai hal ini dari Alquran dan hadits. Setidaknya seperti
berikut.
1. Cobaan
dan ujian adalah sarana untuk mengungkap keimanan seseorang; apakah ia
benar-benar beriman atau tidak.
“Alif
laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami
telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”
(Al-Ankabut: 1-3)
2. Cobaan
dan ujian merupakan hakikat dari kehidupan manusia di dunia.
Maha
Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa
di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun. (Al-Mulk: 1-2)
3. Cobaan
dan ujian alat introspeksi diri dan pelajaran agar manusia dapat lebih baik
dalam beribadah kepada Allah swt.
Maka
Kami hukumlah Fir`aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam
laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. (Al-Qashas: 40)
4. Cobaan
dan ujian sebagai sarana peningkatan ketakwaan seseorang kepada Allah swt.
Dari Sa’d
bin Abi Waqash, aku bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah,
siapakah manusia yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab, “Para nabi, kemudian orang-orang yang seperti para nabi,
kemudian orang-orang yang seperti mereka. Seorang hamba diuji Allah berdasarkan
keimanannya. Jika keimanannya kokoh, maka akan semakin berat cobaannya. Namun
jika keimanannya lemah, maka ia akan diuji berdasarkan keimanannya tersebut.
Dan cobaan tidak akan berpisah dari seorang hamba hingga nanti ia
meninggalkannya berjalan di muka bumi seperti ia tidak memiliki satu dosa pun.
(HR. Turmudzi).
5. Cobaan
dan ujian merupakan salah satu bentuk cinta Allah terhadap hamba-hamba-Nya.
Dari Anas
bin Malik bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Besarnya suatu pahala adalah
tergantung dari besarnya ujian dari Allah. Dan sesungguhnya Allah swt. apabila
mencintai suatu kaum, Allah menguji mereka. Jika (dengan ujian tersebut) mereka
ridha, maka Allah pun memberikan keridhaan-Nya. Dan siapa yang marah (tidak
ridha), maka Allah pun marah terhadapnya.” (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah)
Bencana
Alam: Antara Ujian dan Azab
Ketika
bencana datang dan menimbulkan korban dan kerugian yang besar –seperti gempa
dan tsunami di Aceh, banjir yang melumpuhkan Jakarta– sering muncul pertanyaan: musibah
ini azab atau cobaan dari Allah?
Sesungguhnya
kita telah punya jawabannya dari ayat-ayat Alquran. Ketika Allah membinasakan
suatu kaum, di satu sisi hal tersebut adalah azab yang Allah timpakan kepada
mereka lantaran kekufuran mereka kepada Allah swt. Namun, di sisi lain itu
merupakan ujian bagi kaum yang beriman; supaya mereka lebih dapat meningkatkan
keimanannya kepada Allah swt.
Contoh,
kisah Nabi Nuh a.s. yang dipaparkan Allah dalam surat ayat 25-49. Di sana Allah mengisahkan kaum Nabi Nuh
senantiasa ingkar dan tidak mau beriman kepada Allah swt., maka Allah timpakan
azab kepada mereka berupa banjir yang sangat besar. Bahkan, Alquran
menggambarkan banjir itu datang dengan gelombang seperti gunung. (Hud: 42).
Saat
terjadi banjir besar itu, Nabi Nuh melihat anaknya di tempat yang jauh
terpencil. Lalu beliau memanggilnya. Namun sang anak tidak mau mengikuti,
bahkan berlari ke arah bukit. Kemudian Nabi Nuh berdoa agar Allah menyelamatkan
anaknya karena anak itu adalah anggota keluarganya (Nuh : 45). Namun Allah
mematahkan logika manusiawi Nabi Nuh. Bagi Allah, anak itu bukan termasuk
keluarga Nabi Nuh karena tidak mau beriman kepada Allah swt.
Peristiwa
ini jika dilihat dari satu sisi adalah azab yang Allah timpakan kepada kaum
Nabi Nuh karena keingkaran dan kekufuran mereka. Namun di sisi yang lain
peristiwa itu adalah ujian dan cobaan sekaligus rahmat bagi orang-orang beriman
yang mengikuti Nabi Nuh.
Bagi Nabi
Nuh sendiri, kejadian tersebut merupakan ujian berat. Karena dengan mata
kepalanya sendiri dari bahtera yang dinaikinya, ia menyaksikan anak kandungnya
lenyap ditelan ombak besar (Hud: 43). Orang tua mana yang tega melihat anaknya
meregang nyawa ditelan ombak besar, sementara ia aman di atas sebuah bahtera?
Jadi, ini adalah cobaan yang begitu berat bagi Nabi Nuh, sekaligus peringatan
bagi Nabi Nuh sendiri maupun bagi umatnya.
Sebab-sebab
Terjadinya Bencana
Dalam
Alquran banyak sekali diceritakan tentang musibah dan bencana yang menimpa
orang-orang terdahulu. Dan, semua musibah dan bencana besar yang pernah menimpa
manusia –diterangkan oleh Alquran—adalah selalu terkait dengan kekufuran dan
keingkaran manusia itu sendiri kepada Allah swt. Silakan simak beberapa data di
bawah ini.
· Kaum Nabi Nuh, Allah tenggelamkan dengan banjir yang sangat dahsyat,
yang tinggi gelombangnya sebesar gunung (Hud: 42). Hingga, tak ada makhluk pun
yang tersisa melainkan yang berada di atas kapal bersama Nabi Nuh (Asyu’ara’:
118).
· Kaum nabi Syu’aib, Allah hancurkan dengan gempa bumi yang dahsyat.
Sampai-sampai Alquran menggambarkan seolah-olah mereka belum pernah mendiami kota tempat yang mereka
tinggali. Lantaran begitu hancurnya kota
mereka pasca gempa (Al-A’raf: 92).
· Kaum Nabi Luth, Allah hancurkan dengan hujan batu. Alquran
menggambarkan, bangunan-bangunan tinggi hasil peradaban kaum Nabi Luth menjadi
rata dengan tanah (Hud: 82).
· Kaum Tsamud (kaumnya Nabi Shaleh), juga Allah hancurkan dengan
gempa. Mereka mati bergelimpangan di dalam rumah mereka sendiri (Hud: 67).
· Fir’aun dan pengikutnya dihancurkan oleh Allah dengan ditenggelamkan
ke dalam lautan hingga tidak satu pun yang tersisa (Al-A’raf: 136).
·
Karun beserta pengikutnya, Allah benamkan mereka ke dalam bumi sehingga
kekayaannya sedikitpun tidak tersisa. Ini lantaran ia sombong kepada Allah swt.
(Al-Qashash:81).
Alquran
juga mengabarkan bahwa bencana atau musibah yang tidak terkait dengan kaum
tertentu, penyebabnya juga sama: karena kemaksiatan, kufur, ingkar, dan
mendustakan ayat-ayat Allah. Penyebab yang paling ringan adalah karena perbuatan
tangan manusia sendiri yang merusak alamnya (Ar-Rum: 41-42).
Telah
tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah:
“Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang
mempersekutukan (Allah).”
Berikut
adalah di antara ayat-ayat Alquran yang berbicara mengenai bencana atau azab
yang menimpa suatu kaum kaum, termasuk diri kita.
· Penyebab terjadi azab atau musibah adalah lantaran mendustakan
ayat-ayat Allah. Padahal jika kita beriman, Allah akan membukakan pintu-pintu
keberkahan baik dari langit maupun dari bumi. (Al-A’raf: 96)
·
Penyebab terjadinya bencana
atau musibah adalah lantaran manusia menyekutukan Allah dengan sesuatu (baca:
syirik), seperti mengatakan bahwa Allah memiliki anak.
Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha
Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kamu telah mendatangkan
sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan
itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh. Karena mereka mendakwa Allah
Yang Maha Pemurah mempunyai anak. (Maryam: 91)
·
Allah timpakan bencana kepada
kaum yang tidak mau memberikan peringatan kepada orang-orang dzalim di antara
mereka.
Dan peliharalah dirimu dari siksaan
yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan
ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.
(Al-Anfal: 25)
·
Dalam hadits juga digambarkan
bahwa azab dan bencana itu bisa bersumber dari kemaksiatan yang akibatnya
dirasakan secara sosial. Di antaranya adalah perbuatan zina dan riba.
Dari
Abdullah bin Mas’ud r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah suatu kaum
mereka melakukan dengan terang-terangan berupa riba dan zina, melainkan halal
bagi Allah untuk menimpakan azabnya kepada mereka.” (HR. Ahmad)
Sesungguhnya
masih banyak ayat dan hadits yang memaparkan tentang sebab-sebab terjadinya
musibah atau bencana. Tapi, dari yang dipaparkan di atas kita tahu bahwa setiap
musibah dan bencana selalu terkait dengan dosa yang dilakukan oleh manusia.
Bentuknya bisa berupa membudayanya praktik riba dan zina. Bisa juga karena
mengkufuri nikmat Allah, mendustakan ayat-ayat Allah, dan menyekutukan Allah.
Karena itu, atas semua
musibah dan bencana yang tengah kita alami saat ini, seharusnya kita mawasdiri:
apakah ini azab akibat kemaksiatan yang kita lakukan, ataukah cobaan untuk
meningkatkan ketakwaan kita? Yang pasti, tidak ada waktu lagi bagi kita untuk
tidak segera bertaubat. Jangan sampai menunggu bencana yang lebih besar kembali
datang memusnahkan kita. Ketika bencana itu datang, tak ada lagi kata taubat
diterima!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar