Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Selasa, 19 November 2013

Soegondo Emoh Ditawari Jabatan oleh Soekarno


Soegondo Djojopoespito (1905-1978), Ketua Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia dan Ketua Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928, sebenarnya pernah ditawari jabatan oleh Presiden Soekarno. Namun, entah dengan alasan apa, Soegondo menolak tawaran itu.
Ceritanya begini. Pada 1950, Soegondo memilih pensiun dan mundur dari hiruk-pikuk panggung politik. Padahal, saat itu dia masih berusia 46 tahun. Presiden Soekarno pada 1952 pernah meminta Soegondo, yang saat itu tinggal di Yogyakarta, datang ke Jakarta.
Permintaan Soekarno ini disampaikan ke istri Soegondo, Suwarsih Djojopoespito, saat istrinya datang ke istana mengantarkan kakaknya. Kakak Soewarsih yang bernama Soewarni adalah istri Mr A.K. Pringgodigdo, sekretaris kabinet. Dalam Bahasa Belanda, Soekarno (1901-1970) pun berujar kepada Soewarsih: “Waar is Gondo, laat hem maar bij mij even komen, ik zal een positie voor hem geven (Di mana Soegondo? Suruh dia menemui saya, akan saya beri jabatan untuk dia).” Tapi entah mengapa, Soegondo memilih untuk tidak datang ke Jakarta dan tidak menerima tawaran tersebut. Soegondo memilih tetap tinggal di Kota Baru, Yogyakarta, sampai akhir hayatnya. Meskipun demikian, dia tetap aktif bertemu dan berdiskusi dengan teman-temannya. Di Kota Gudeg ini, Soegondo juga berkawan karib dengan Y.B. Mangunwijaya (1929-1999), yang lebih dikenal dengan panggilan Romo Mangun. Romo Mangun sering bertandang ke rumah Soegondo karena memang seminari Romo Mangun bertetanggaan dengan rumah Soegondo di Kota Baru itu.
Majalah Tempo Edisi 36/37 tertanggal 2 November 2008 lewat tulisan yang berjudul "Peran Soegondo: Sang Pemimpin yang Redup" menuliskan, sampai akhir hidupnya Soegondo menetap di Jalan Nyoman Oka, Kota Baru, bersama Suwarsih.  Setelah pensiun dari panggung politik, penyuka pepes bandeng panggang ini menulis artikel di majalah dan berpolitik di dalam dan luar negeri. Karyanya tidak terkenal, tapi istrinya, Suwarsih, dikenal sebagai novelis. Buku Suwarsih berjudul Manusia Bebas diterbitkan dalam bahasa Belanda dan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar