Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Rabu, 20 November 2013

Kongres Pemuda Bisa Bubar Tanpa Soegondo


Kongres Pemuda II di gedung Katholieke Jongelengen Bond, Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng, Jakarta) pada 27 Oktober 1928 bisa-bisa dibubarkan polisi Belanda jika tak ada Soegondo Djojopoespito (1905-1978). Sejarah memang berbicara lain. Waktu itu, Soegondo, yang menjadi Ketua Ketua Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia dan sekaligus Ketua Kongres, berhasil mencegah kemarahan polisi-polisi Belanda yang terus menerus mengawasi jalannya kongres yang notulen rapatnya pun harus ditulis dalam bahasa Belanda.
Majalah Tempo Edisi 36/37 terbitan 2 November 2008 berjudul "Peran Soegondo, Sang Pemimpin yang Redup" menggambarkan ada dua insiden dalam rapat yang dapat diatasi Soegondo. Pertama, ketika polisi Belanda yang mengawasi kongres memprotes penggunaan kata "merdeka" yang disebutkan dalam pidato peserta. “Jangan gunakan kata ‘kemerdekaan’, sebab rapat malam ini bukan rapat politik dan harap tahu sama tahu saja,” katanya menyabarkan peserta, seperti dikutip dalam buku Aku Pemuda Kemarin di Hari Esok karya Pitut Soeharto-Zainoel Ihsan. Protes kedua juga datang dari pihak Belanda, saat seorang pembicara menganjurkan kaum muda lebih bekerja keras agar Tanah Air Indonesia lekas menjadi negeri seperti Inggris, Jepang, dan lainnya. Seketika itu, Soegondo diminta polisi Belanda mengeluarkan semua pemuda dalam rapat itu. Namun, ia menolak permintaan tersebut.
Rapat sempat ricuh. Namun, pertemuan itu akhirnya dapat dilanjutkan berkat bantuan Sartono, Wakil Partai Nasional Indonesia cabang Jakarta dan juga mewakili Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia. Rapat yang berlangsung selama dua hari, 27-28 Oktober 1928 itu akhirnya bisa berlangsung mulus. Tentu saja, ketika berpidato, bukan Soegondo namanya kalau tidak memompa semangat para peserta rapat. 
Dalam pidatonya, Soegondo menyampaikan sebuah perumpamaan: "Dua ekor anjing berebut tulang, tetapi tulangnya dibawa lari oleh seekor anjing lain." Artinya, kata Soegondo, ketika bangsa Indonesia bercerai-berai, Belandalah yang bakal meraup untung. Itulah sebabnya ia menyerukan persatuan. "Perangilah pengaruh cerai-berai dan majulah ke arah Indonesia bersatu."
Pidato sambutan itu langsung disambut tepuk tangan peserta kongres. Kisah tersebut dikutip dari buku Soegondo Djojopoespito: Hasil Karya dan Pengabdiannya, tulisan Sri Sutjianingsih. Tak ayal lagi, Soegondo memang piawai dalam berpidato dan tangkas memimpin rapat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar