Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Minggu, 17 November 2013

Manifesto 1925 Diatas Sumpah Pemuda

Perjuangan pelajar Indonesia di Belanda melahirkan banyak karya intelektual. Dalam majalah Indonesia Merdeka (sebelumnya bernama Hindia Poetra) terdapat tulisan yang disebut Manifesto 1925. Isi manifesto menyangkut ketegasan sikap: (1) Rakyat Indonesia sewajarnya diperintah oleh pemerintah yang dipilih mereka sendiri; (2) Dalam memperjuangkan pemerintahan sendiri itu tidak diperlukan bantuan dari pihak mana pun dan; (3) Tanpa persatuan kukuh dari pelbagai unsur rakyat tujuan perjuangan itu sulit dicapai. Tulisan ini sampai ke tanah air dan secara sembunyi-sembunyi dijadikan bahan bacaan populer.
Sejarawan Asvi Warman Adam mengutip Sartono Kartodirdjo menyebut Manifesto 1925 itu lebih penting daripada Sumpah Pemuda. Ini karena di dalamnya terdapat tiga prinsip dasar unity (persatuan), fraternity (kesetaraan), dan liberty (kemerdekaan, terilhami dari semangat revolusi Prancis liberte-egalite-fraternite yang meruah-ruah kala itu. Tapi, siapa yang menulis manifesto itu ? Tak diketahui karena seperti tadi diungkapkan, tak ada byline dalam majalah itu. Namun Indonesia Merdeka mengukuhkan kehendak sekumpulan intelektual muda yang dadanya buncah dengan semangat zaman. Hatta pulang dari Belanda pada 1932. Ia konsekuen membantu melahirkan republik ini dengan jalan berliku, sebelum memproklamasikannya, dengan Soekarno, pada 1945. Keduanya kemudian ditahbiskan menjadi presiden dan wakil presiden pertama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar