Sang Hyang Guru, dalam dunia wayang adalah
dewa bertangan empat. SBY, Presiden RI ke enam, lebih dari itu. Menantu Alm.
Sarwo Edi Wibowo ini bertangan seribu. Subsistem tangan itu bekerja berdasarkan
Undang-Undang. Terkait dengan jumlah orang miskin di Indonesia, tangan-tangan
SBY lumpuh total. Orang miskin dibiarkan bodoh dalam arti tidak memiliki
ketrampilan untuk mengubah dirinya dari status miskin menjadi sebaliknya.
Pengentasan orang miskin, selama dua periode SBY berkuasa, tidak lebih dari
kepiawainan menyajikan angka untuk mengelabui rakyat.
Per Maret 2013, berbagai media mengabarkan,
jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 11,7% alias 28,07 juta orang. SBY
mengakui pada kesempatan pidato pengantar keterangan pemerintah atas RUU
tentang APBN 2014 dan nota keuangannya.
Menurut Presiden SBY, jika disandingkan
dengan tahun 2004, angka itu turun sebesar 5,29%. Fakta tahun 2004 jumlah orang
miskin 37,2 juta orang (16,66%) berhasil ditekan menjadi 28,07 juta orang
(11,07%).
Tidak main-main, penjelasan itu dikemukakan
di depan waklil rakyat, di Senayan. Padahal semasa pemerintahan Soeharto,
jumlah orang miskin masih berada di angka 27%. SBY hebat, karena 3 presiden
terdahulu: Habibi, Gus Dur dan Megawati Sukarno Putri hanya memiliki perstasi
tidak lebih dari 3,10%. Pemerintahan SBY yang begitu suntuk tersandung bencana
dan kasus hukum berhasil menurunkan 5,29%. Karya yang benar-benar
spektakuler(?).
Bahkan yakin haqul yakin, pemerintahan SBY
pada APBN-P mentargetkan, angka orang miskin turun lagi menjadi 10,5% di akhir
2013. Bisa seperti ini, kabarnya SBY menerapkan 3 langkah: pengendalian
inflasi, penggelontoran raskin, BLSM dan beasiwa untuk pelajar miskin.
Lukita Dinarsyah Tuwo dalam kapasitasnya
sebagai Wakil Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas)
sempat berbesar hati, karena angka 11,37% itu menurutnya telah mendekati
target. Setidaknya keyakinan itu terekam sampai pertengahan Oktober 2013.
Kementerian Kesejahteraan Rakyat, berdasarkan
masukan dari Badan Pusat Statistik menyajikan data, jumlah rumah tangga sasaran
(RTS) yang memperoleh jatah BLSM tahap I dan II adalah 15.530.897 jiwa. Bermain
logika, selama SBY serius menangani persoalan kemiskinan, angka orang miskin
bisa dijumput dari penerima BLSM.
Nyawa 15.530.897 jiwa tidak akan selamat dari
perangkap ‘stiker miskin’ hanya dengan diberi jatah Rp 300.000,00 per triwulan.
Saya tidak paham, apa yang sedang bergolak dalam benak SBY. Dia pikir uang 300
ribu rupiah juga raskin 15 kg bakal cukup untuk bertahan hidup sebulan.
Manakala ini merupakan penyederhanaan potret kemiskinan di Indonesia, SBY
benar-benar keterlauan.
Yang saya heran, SBY pilih menutup mulut
orang miskin dengan cara memberi beras dan BLSM. Rasanya, SBY tidak ada niatan "membuka mata" orang miskin dengan memberi ketrampilan agar mereka mampu mengubah
status dirinya dari orang miskin menjadi orang yang hidupnya layak.
Tangan SBY yang saya sebut sebagai ribuan di
depan adalah meliputi gubernur, bupati/walikota, camat, kepala desa, juga
dukuh. Terkait dengan upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia, aparatur ini
merupakan tangan SBY yang miskin karya nyata. Jadi, ketika SBY menargetkan
angka kemiskinan turun tinggal 10,5%, di tahun 2013-2014, itu artinya SBY
menipu diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar