Ketika orang memutuskan untuk berbisnis,
kebanyakan pasti berpendapat bisnis adalah bisnis. Masalah sosial bukan urusan
bisnis. Kegagalan dalam bisnis seseorang bukan tanggungjawab orang lain.
Masalah menejemen yang tak berjalan dengan baik adalah masalah mereka sendiri.
Boleh jadi memang demikian kenyataannya.
Hampir semua orang dalam berbisnis tidak memasukkan nilai humanisme dan
sosialime. Kebangkrutan akan menyambut mereka. Setidaknya itu yang selama ini
saya perhatikan.
Sementara melihat orang lain yang kurang
beruntung, hanya diam saja dan menganggap mereka sedang bernasib kurang baik
atau tak becus mengelola atau salah urus dan banyak lagi kata-kata yang tak
memberi inspirasi bagaimana agar mereka yang kurang beruntung bisa lebih
sejahtera hidupnya. Jelas tak mungkin memberi ikan terus, memberi kail dan jala
juga tindakan nyata untuk memberdayakan mereka. Namun, tatkala mereka sedang
tak berdaya apakah kita hanya menonton saja. “It is not my bussines!” Bisnis
dengan Jiwa Sosial, Mungkinkah ?.
Bisakah, mungkinkah, beranikah, atau maukah
seorang pedagang atau pebisnis sedikit melupakan prinsip-prinsip ekonomi yang
efisien namun menguntungkan dengan prinsip sosial demi kesejahteraan bersama ?
Ataukah kemiskinan hanya menjadi tontonan untuk dibicarakan sebagai wacana
untuk mengentaskan dengan segala argument yang ada namun sulit dipahami dalam
realitas.
Kemiskinan yang terjadi pada masyarakat
petani kita, terutama petani dengan lahan kurang dari satu hektar dan buruh
tani terlebih di daerah tandus, seharusnya menjadi perhatian lebih khusus dari
pihak pemerintah. Pembangunan infrastruktur jangan sampai hanya menguntungkan
mereka yang lebih sejahtera (kaya). Kemiskinan bukan hanya dilihat dari data
statistik untuk kampanye saling menjatuhkan dan tebar pesona bahwa para calon
anggota legislatif dan partainya yang paling peduli dan bisa mengangkat
masyarakat lebih makmur dan sejahtera.
Pemberdayaan masyarakat dengan lebih
memperhatikan kemampuan yang dimiliki masyarakat, serta memberi peluang dan
kesempatan untuk lebih sejahtera juga merupakan tanggungjawab pemerintah
melalui dinas terkait. Membangkitkan kembali KUD yang kini tak terdengar lagi
suaranya, dengan penataan menejemen yang tepat sehingga dapat menjadi wadah
petani untuk mengembangkan dan mensejahterakan diri. KUD atau Koperasi Unit
Desa yang benar-benar bermanfaat bukan menjadi ladang usaha mereka yang bukan
petani, sehingga bukan “Ketua Untung Duluan”.
Perhatian kepada masyarakat miskin pedesaan
akan mengurangi beban urbanisasi ke perkotaan yang hanya menjanjikan kemewahan
nisbi di balik keinginan untuk mencapai kesejahteraan yang tak pernah tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar