Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Minggu, 02 Februari 2014

Pendidikan untuk Anak Jalanan, Berikan Mereka Keterampilan dan Life-Skill

Pernahkah terpikir oleh kita, bagaimana caranya agar anak jalanan berkurang populasinya ? Anak jalanan sudah menjadi masalah yang sangat kompleks saat ini, keberadaan anak jalanan (anjal) sudah sangat meningkat dari tahun ke tahun, menurut data Kementerian Sosial Indonesia tahun 2012 yang lalu menyatakan bahwa jumlah anak-anak yang hidup di jalanan telah mencapai angka 4,5 juta anak yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Faktor ekonomi, faktor ketidakharmonisan rumah tangga, tidak baiknya hubungan anak dengan orang tua dan hubungan orang tua (ayah dan ibu) yang tidak harmonis, terjadi pertengkaran, si anak sering mendapat perlakuan kasar, tindak kekerasan terhadap anak, faktor lingkungan, rumah yang tidak sehat, adanya bujukan teman menjadikan pemicu makin maraknya anak jalanan, belum lagi kegagalan pemerintah dalam mewujudkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, dimana dalam alinea ke - 4 (Empat) dikatakan bahwa Tujuan dari Pemerintahan Indonesia adalah “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”, disamping itu ada juga Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia, yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi-pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung-jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Menjamin terlaksananya Konvensi Hak Anak dan Penerapan UUD 1945 terutama Pasal 34 “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar di pelihara oleh Negara”.
Anak jalanan, arek kere, tekyan atau secara eufemistik disebut sebagai anak mandiri (di bawah usia 18 tahun), karena mampu memenuhi kebutuhan hidup pribadi mereka, walaupun dengan pekerjaan yang semrawutan, beresiko tinggi karena rentan menjadi objek kekerasan seksual, pengedar dan pemakai narkoba dan minuman-minuman keras beralkohol (NAPZA), objek eksploitasi anak. Anak-anak jalanan adalah anak-anak yang tersisih dari keluarga, marginal, Anak jalanan yang bekerja di jalanan, Anak jalanan yang hidup dijalanan, anak-anak yang memang berasal dari keluarga yang sudah berada dan hidup dijalanan (turun temurun).
Menurut data resmi yang dirilis Pusat Kajian Perlindungan Anak (PKPA) menyebutkan sebanyak 800 hingga 900 anak di kota metropolitan Medan yang masih wajib pendidikan (SD, SMP dan SMA/SMK) menjadi anak jalanan dan bekerja paruh waktu, angka ini akan bertambah tiap tahunnya. Sudah menjadi kewajiban kita untuk menurunkan angka ini, belum lagi kasus prostitusi anak, eksploitasi anak dibawah umur harus menjadi agenda dan komitmen kita untuk menghapusnya, minimal menurunkan angka. Sudah banyak upaya dan usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam memberantas anak jalanan ini, namun yang ada malah makin suburnya anak jalanan. Upaya yang telah dilakukan tentunya sudah banyak, contohnya : razia gepeng dan anak jalanan, namun solusi ini gagal. Solusi yang penulis ajukan adalah, adanya PENDIDIKAN BERBASIS KETERAMPILAN bagi anak-anak jalanan. Pendekatan persuasive, sehingga anak jalanan dengan sendirinya mau untuk dilatih dan dididik agar memiliki skill dan keterampilan, agar mereka mampu menyelesaikan masalah ekonomi mereka.
Menurut seorang yang bekerja di LSM yang mengurusi anak-anak jalanan mengatakan tidak semua anak-anak jalanan itu mau untuk di-didik, mereka lebih suka hidupnya di jalanan, itu bagi anak jalanan yang kelompok “Anak Jalanan hidup di jalanan” umumnya mereka berada di jalanan untuk menghindari kehidupan di rumah yang broken home, mereka umumnya memiliki orang tua, bahkan orang tua mereka kaya atau berkehidupan yang cukup, namun karena faktor hubungan yang tidak baik, membuat mereka lari dan mencari teman dengan hidup di jalanan. Bahkan yang lucunya, pagi sampai sore, ada yang jadi pengemis, namun malamnya anak jalanan tadi sudah berada di cafe bersama ceweknya, berada di mall bersama pasangannya. Jadi tidak semua memang anak jalanan itu mau diberikan pendidikan, walaupun itu gratis, seperti yang di buat oleh LSM Madya Insani.
Namun, bagaimanapun juga, kita harus terus mengupayakan agar anak jalanan ini mau di-didik dengan baik, solusinya, mari kita perbanyak rumah-rumah impian bagi anak jalanan, Dinas Sosial bekerjasama dengan Dinas Pendidikan harus banyak mendirikan dan menampung anak-anak jalanan untuk dibina dan diberikan keterampilan khusus (life-skill) bagi mereka dalam menghadapi era globalisasi ini. Dinas Sosial harus lebih aktif menjaring anak-anak jalanan di seluruh kota di Indonesia, bekersama dengan Pemkot/Pemkab setempat untuk dibina. Dinas Pendidikan harus mampu menyediakan tempat pembinaan semacam “Rumah Impian” bagi anak-anak jalanan yang ramah, memiliki fasilitas yang lengkap bagi mereka untuk melatih keterampilan yang nantinya setelah selesai menempuh pendidikan dan pelatihan mereka mampu bekerja dan mampu membuka usaha sendiri (wirausaha).

Melihat tingginya anggaran pendidikan yang dialokasikan oleh Pemerintah, terutama dalam pembentukan kurikulum 2013 ini, maka penulis bukan apatis dan pesimis jika anak jalanan tidak akan ada lagi. Kurikulum yang ditawarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah Pendidikan berbasis Kompetensi dan Pendidikan berbasis Teknologi yang memakai anggaran sebanyak Rp 2,49 triliun dan telah disetujui oleh DPR seharusnya dapat dinikmati oleh seluruh anak-anak Indonesia, tidak terkecuali anak-anak jalanan. Semoga Alokasi Pendidikan dan Kurikulum yang baru ini bias menyentuh para anak jalanan, semoga anak jalanan berkurang bukannya makin bertambah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar