Sadarkah anda bahwa anak adalah aset bangsa
yang sangat berharga, karena ditangan anak-anak tersebut estafet keberadaan
bangsa di masa datang terletak. Namun sebagai aset berharga, tidak semua anak
memperoleh haknya untuk dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana layaknya anak
pada umumnya. Hal ini salah satunya dialami oleh anak jalanan yang karena satu
dan lain hal haknya sebagai anak tidak dapat terpenuhi dengan baik. Di beberapa
wilayah banyak dijumpai kumpulan anak-anak usia sekolah yang menghabiskan
sebagian besar waktunya untuk berkeliaran di jalan-jalan atau tempat umum
lainnya. Mereka berkeliaran untuk mencari nafkah atau mencari tambahan uang
saku dengan berbagai cara, misalnya menjadi penjual koran, pengamen, tukang
parkir, pedagang asongan dan sebagainya.
Sungguh miris dan merinding ketika aku
melihatnya. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap
fenomena anak jalanan. Berawal dari ajakan teman, desakan orang tua untuk
mencari nafkah, rumah tangga yang tidak harmonis, anak dengan orang tua single
parent, dan ketidakpuasan terhadap sekolah atau guru.
Dengan mereka menjadi pengemis, pangamen,
tukang parkir mereka beranggapan bahwa dengan meminta-minta, ngamen mereka
dapat membeli buku sendiri dan membantu orang tua. Penilaian anak-anak mengenai
apakah perilaku meminta-minta, ngamen adalah hal yang baik atau buruk termasuk
ke dalam konsep moral. Nilai-nilai moral yang dimiliki oleh anak diperoleh
secara bertahap sesuai dengan taraf perkembangannya, yang mana menimbulkan
kesadaran-kesadaran dan pengertian akan apa, mengapa dan bagaimana sesuatu
perbuatan itu dilakukan.
Kehidupan mengemis, ngamen tentunya akan
mempunyai dampak terhadap perkembangan kepribadian anak. Anak akan berperilaku
sesuai dengan apa yang dia lihat sehari-hari, apa yang menurut kelompoknya dianggap
baik dan apa yang dapat digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,
sehingga tidak jarang sesuatu yang dianggap salah dan terlarang dalam
masyarakat menjadi hal yang biasa dalam kehidupannya.
Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa di dalam
perkembangannya menuju ke tahap yang berikutnya, individu sangat dipengaruhi
oleh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan
masyarakat sekitarnya.
Keluarga adalah lingkungan pertama yang
paling berperan dalam perkembangan anak. Anak berinteraksi dengan keluarganya
(ibu, ayah, saudara kakak, adik, dan lain-lain) dalam kehidupan kesehariannya.
Apa yang diberikan dan dilakukan oleh pihak keluarga tersebut menjadi sumber
perlakuan pertama yang akan mempengaruhi pembentukkan karakteristik pribadi
perilaku anak. Para ahli menyatakan bahwa pengalaman hidup pada masa awal akan
menjadi fundasi bagi proses perkembangan anak. Sehingga dapat dikatakan bahwa
keluarga memiliki pengaruh yang besar tehadap perkembangan seorang anak.
Sekolah juga merupakan lingkungan yang
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Anak yang sebelumnya lebih banyak
menghabiskan waktu dirumah sekarang mulai diharapkan untuk belajar di sekolah.
De Vries dan Zan (1994) menyatakan bahwa suasana sekolah dapat mendukung atau
menghambat perkembangan suasana sosiomoral kelas. Dalam hal ini guru memegang
peran yang sangat sentral . Guru merupakan figur utama bagi anak-anak di
sekolah. Karena itu, bukan saja cara dan kemampuan guru dalam mengajar yang
akan mempengaruhi perilaku dan perkembangan anak, melainkan keseluruhan pribadi
dan penampilan guru. (dalam Conny R. Semiawan, 1999: 234) dinyatakan bahwa
untuk menjadi seorang guru yang baik tidak cukup hanya dengan menguasai materi
yang akan diajarkan dan ketrampilan metodologinya, melainkan pula perlu
memiliki karakteritik-karakteristik pribadi yang cocok. Unsur-unsur pribadi
tersebut akan menjadi sarana yang secara integratif akan memfasilitasi
terjadinya proses pembelajaran dan perkembangan pada anak.
Selain itu anak yang mulai berinteraksi
dengan orang-orang diluar rumahnya dan bermain di luar rumah akan mulai
mengenal kelompok lain yaitu peer group. Pada usia inilah anak mulai melakukan
memandang dirinya melalui perbandingan dengan orang lain (social comparison).
Di luar rumah (masyarakat) mereka bergaul, di sana mereka melihat orang-orang
berperilaku,di san pula mereka menyaksikan berbagai peristiwa dan aturan yang
seyogyanya dipenuhi oleh yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman interaksional
anak pada masyarakat tersebut akan member kontribusi tersendiri dalam
pembentukkan perilaku dan perkembangan pribadi anak.
Namun, meskipun lingkungan memiliki peranan
yang penting bagi seorang anak, janganlah lupa bahwa anak merupakan sebuah unit
individu yang memiliki dinamika tersendiri. Aspek-aspek penting dalam diri anak
saling terkait dan saling berinteraksi, yaitu aspek biologis, kognitif, dan
sosioemosional.
Lalu bagaimana dengan anak jalanan itu ? Kondisi real yang terjadi, anak jalanan lebih
sering menghabiskan waktu di jalanan, dan bergaul dengan orang-orang tidak
terpelajar, seharusnya merkea lebih memfokuskan diri untuk belajar di sekolah
serta mengeksplorasi potensi diri. Dengan mereka lebih banyak menghabiskan
waktu di jalanan mereka juga akan kehilangan kesempatan untuk mengeksplorasi
bakat dan potensi yang dimiliki. Kalau sudah begini siapa yang harus
disalahkan ?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar