Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Jumat, 07 Februari 2014

Anak Jalanan untuk Para Wakil Rakyat yang Mewakilinya

Kita semua pasti pernah pulang malam. Jika kita perhatikan hampir disetiap lampu merah pasti ada anak-anak jalanan. Ada yang ngamen, ada yang mengemis ataupun ngelap mobil, pokoknya berbagai cara mereka lakukan untuk dapat bertarung menyambung hidup mereka untuk esok hari. Umur mereka antara 8 sampai 15 tahun. Bahkan pernah saya lihat yang mungkin berumur dibawah 8 tahun. Padahal saat itu sudah jam 10 malam. 
Sekolahkah mereka ? Kenyangkah perut mereka ? Sehatkah badan mereka ? Pernahkah kita membayangkan mereka itu anak-anak kita sendiri. Naudzubillah. Mungkin kita nggak akan pernah terpikir. Amit-amit kata orang betawi. Lalu gimana kalo mereka kemudian menuntut ? Mereka tidak minta dilahirkan demikian ? Kalo boleh memilih, tentunya mereka akan memilih menjadi anak pengusaha kaya atau sekalian anaknya konglomerat ternama. Lalu ini tanggung jawab siapa ? Kemana mereka harus berpayung ? Di kota besar yang gedungnya menjulang, mobil super mewah tak terhitung jumlahnya, rumah gedong bertebaran dimana-mana. Kemana mereka harus mengadu ? Ke pemerintah ? Ke wakil rakyat ? Terlalu jauh jangkauan mereka. Tangan-tangan mereka yang mungil bahkan tak sanggup menyentuh kursi empuk di gedung itu, tak akan bisa merasakan dinginnya AC mobil itu, apalagi untuk menjawil bapak pejabat untuk sekedar bersalaman dan meminta sedikit pengisi perut, atau untuk menunjuk para wakil rakyat menuntut janji mereka. Mereka hanya bisa pasrah, telunjuk mereka hanya bisa digunakan untuk menunjuk keatas, memprotes kepada Penciptanya atau sekedar untuk menunjuk pada saat Tahiyat Sholat.

Peran kita dimana ? Akankah kita sedikit berbagi kepada mereka ? Akankah mereka kita anggap sebagai anak-anak kita dalam arti yang paling harfiah ? Sanggupkah kita memperlakukan mereka seperti kita memperlakukan anak kita sendiri ? Tidak, mereka tidak meminta kita seperti itu. Cukuplah uang receh disertai senyuman waktu mereka mengetuk kaca mobil kita, cukuplah kata maaf jika kita menolak memberikan pengisi perut mereka atau cukuplah buat mereka jika sesekali kita mengadakan bakti sosial mengunjungi mereka dijalanan, menyapa mereka dengan hangat agar mereka juga merasakan sinar kasih sayang. Cukup buat mereka, tapi saya tidak tahu apakah itu cukup untuk menutup tanggung jawab kita di hadapan Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar