Kita semua pasti pernah pulang malam. Jika kita perhatikan hampir disetiap lampu merah pasti ada
anak-anak jalanan. Ada yang ngamen, ada yang mengemis ataupun ngelap mobil,
pokoknya berbagai cara mereka lakukan untuk dapat bertarung menyambung hidup
mereka untuk esok hari. Umur mereka antara 8 sampai 15 tahun. Bahkan pernah
saya lihat yang mungkin berumur dibawah 8 tahun. Padahal saat itu sudah jam 10
malam.
Sekolahkah mereka ? Kenyangkah perut mereka ? Sehatkah badan mereka ? Pernahkah kita membayangkan mereka itu
anak-anak kita sendiri. Naudzubillah. Mungkin kita nggak akan pernah terpikir.
Amit-amit kata orang betawi. Lalu gimana kalo mereka kemudian menuntut ? Mereka
tidak minta dilahirkan demikian ? Kalo boleh memilih, tentunya mereka akan
memilih menjadi anak pengusaha kaya atau sekalian anaknya konglomerat ternama.
Lalu ini tanggung jawab siapa ? Kemana mereka harus berpayung ? Di kota besar yang
gedungnya menjulang, mobil super mewah tak terhitung jumlahnya, rumah gedong
bertebaran dimana-mana. Kemana mereka harus mengadu ? Ke pemerintah ? Ke wakil
rakyat ? Terlalu jauh jangkauan mereka. Tangan-tangan mereka yang mungil bahkan
tak sanggup menyentuh kursi empuk di gedung itu, tak akan bisa merasakan
dinginnya AC mobil itu, apalagi untuk menjawil bapak pejabat untuk sekedar
bersalaman dan meminta sedikit pengisi perut, atau untuk menunjuk para wakil
rakyat menuntut janji mereka. Mereka hanya bisa pasrah, telunjuk mereka hanya
bisa digunakan untuk menunjuk keatas, memprotes kepada Penciptanya atau sekedar
untuk menunjuk pada saat Tahiyat Sholat.
Peran kita dimana ? Akankah kita sedikit
berbagi kepada mereka ? Akankah mereka kita anggap sebagai anak-anak kita dalam
arti yang paling harfiah ? Sanggupkah kita memperlakukan mereka seperti kita
memperlakukan anak kita sendiri ? Tidak, mereka tidak meminta kita seperti itu.
Cukuplah uang receh disertai senyuman waktu mereka mengetuk kaca mobil kita,
cukuplah kata maaf jika kita menolak memberikan pengisi perut mereka atau
cukuplah buat mereka jika sesekali kita mengadakan bakti sosial mengunjungi
mereka dijalanan, menyapa mereka dengan hangat agar mereka juga merasakan sinar
kasih sayang. Cukup buat mereka, tapi saya tidak tahu apakah itu cukup untuk
menutup tanggung jawab kita di hadapan Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar