Bukan sekali dua kali, sebulan dua bulan,
saya melihat anak-anak di lampu merah, berjalan sambil menyodorkan sebuah kotak
kepada setiap orang yang dilewatinya. Mungkin kita juga sering menemuinya, dan
memilih untuk bersikap cuek.
Bahkan pernah suatu ketika dalam perjalanan
ke rumah teman, di tengah gerimis, saya melihat beberapa anak yang usianya
sekitar 4-5 tahun duduk di trotoar double way, di lampu merah, tanpa mengenakan
mantel, hanya baju yang tipis.
Dan pernah pula, ketika saya keluar dari
sebuah gedung yang mengadakan pameran, dua orang anak menghampiri saya.
Menyodorkan sebuah kotak, mereka berkata “Sumbangannya, bu…Seikhlasnya…”.
Langkah saya terhenti. Kemudian mereka berkata lagi, “Kasian, bu…Saya belum
makan..” “Belum makan?” “Iya, bu…Dari pagi tadi…..” Saat itu pukul 1 siang.
Saya tidak tahu mereka bohong atau tidak, “Ya sudah, kalian tunggu di warung
depan itu, saya mau ambil motor dulu.” Saya bisa membeli makan apa yang saya
mau ketika lapar, atau pulang ke rumah dan di rumah sudah tersedia berbagai
jenis makanan, tapi mereka…?? mungkin harus menunggu sampai malam. Tapi
seandainya mereka berbohong, toh Tuhan tidak akan membiarkan segala sesuatu
berlalu begitu saja. Tapi melihat matanya….Saya pesankan sepiring nasi dengan
segelas teh. Saya tidak memikirkan apa yang akan terjadi kemudian, saya hanya
tidak tega, mungkin mereka sudah berjalan jauh dan lelah lalu lapar. Itu saja.
Anak-anak itu, masih sangat kecil, seharusnya
mereka ada di dekat orang tua mereka, bermain di lapangan, bukan di pinggir
jalan, mencari sumbangan. Tak jarang juga saya lihat di trotoar dekat lampu
merah mereka bermain sambil istirahat.
Apakah sudah sedemikian parahnya keadaan di
negeri kita, sampai anak-anak harus dipekerjakan ? Saya tidak menyalahkan orang tua jika mereka
tidak mampu menyekolahkan mereka. Tapi mengijinkan mereka mencari uang di
jalan ? Itu sangat berbahaya.
Dan mengapa pemerintah setempat seakan tutup
mata ? Jika keberadaan mereka diserahkan kepada
masyarakat, tidak semua dari kami merupakan orang yang berlimpah harta.
Jika pemerintah mampu menganggarkan dana yang
besar untuk pembangunan ini dan itu (yang sepertinya tidak perlu), apakah
pemerintah juga menganggarkan dana untuk kesejahteraan mereka ?.
Menurut saya, jika orang tua benar-benar
tidak mampu menyekolahkan anak-anaknya, apakah bisa pemerintah membentuk suatu
lembaga/tempat dimana anak-anak itu bisa belajar/diberi keterampilan ? Sebab menurut saya pendidikan tidak harus
diberikan di sekolah. Kesimpulan ini saya dapat ketika saya ikut mengajar di
sebuah desa dengan beberapa teman dari berbagai organisasi kampus.
Saya juga paham dalam hal ini saya tidak bisa
menggantungkan harapan saya sepenuhnya kepada pemerintah. Tapi berjalan seorang
diri, saya juga tidak mampu. Namun yang saya percayai dalam hidup ini,
pemberian sekecil apapun pasti akan sangat berarti bagi mereka yang
membutuhkan. Jika dia tidak berkenan atas bantuan kita,
biarkanlah tangan Tuhan yang bekerja. Karena Tuhan tidak akan menjadikan segala
sesuatunya menjadi sia-sia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar