Tiga tujuan pembangunan milenium atau MDGs
berpotensi gagal dicapai pada tahun 2015. Kemungkinan tidak tercapainya tujuan
itu ditunjukkan oleh indikator Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan yang masih
tinggi, pencegahan HIV/AIDS, dan indikator tutupan lahan pada sektor kehutanan
yang belum optimal.
Data yang berhasil dirangkum dari
berbagai sumber menunjukkan sedikitnya 18.000 ibu meninggal setiap tahun di
Indonesia karena kehamilan atau persalinan. Hal itu berarti setiap setengah jam
seorang perempuan meninggal karena kehamilan atau persalinan. Akibatnya, setiap
tahun 36.000 balita menjadi anak yatim.
Tingginya angka kematian ibu itu menempatkan
Indonesia pada urutan teratas di ASEAN dalam hal tersebut. Survei Kesehatan
Rumah Tangga 2001 menyebutkan angka kematian ibu di Indonesia 396 per 100.000
kelahiran hidup. Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan hasil survei 1995,
yaitu 373 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Indonesia bahkan
lebih jelek dari negara Vietnam. Angka kematian ibu di negara tetangga itu
tahun 2003 tercatat 95 per 100.000 kelahiran hidup. Negara anggota ASEAN
lainnya, Malaysia tercatat 30 per 100.000 dan Singapura 9 per 100.000.
Departemen Kesehatan menargetkan tahun 2010
angka kematian ibu turun menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup. Apakah target
ini bisa dicapai ? Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan angka kematian
ibu, misalnya melalui program Maternal and Child Health, Safe Motherhood,
Gerakan Sayang Ibu, dan Making Pregnancy Safer. Sayangnya, kasus kematian ibu
tetap saja tinggi.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu
indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga
merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan
millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang
akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah
kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan, AKI telah menunjukkan penurunan
dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan
pembangunan millenium (MDGs) masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang
terus menerus.
Menyangkut penyebab kematian ibu melahirkan
banyak diakibatkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu
hamil menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang
harus diperhatikan untuk menangani masalah ini.
Persoalan kematian yang terjadi lantaran
indikasi yang lazim muncul. Yakni pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai
kejang-kejang, aborsi, dan infeksi. Namun, ternyata masih ada faktor lain yang
juga cukup penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik,
latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan
politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya
ikut aktif dalam segala permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung
jawab.
Selain masalah medis, tingginya kematian ibu
juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta
rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu,
pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah
secara sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat. Sangat
diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah,
swasta, maupun masyarakat terutama suami.
Pendarahan menempati persentase tertinggi
penyebab kematian ibu (28 persen), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK)
pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang
merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit
seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan, proporsinya
berkisar antara kurang dari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang
perempuan bertahan hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun
ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan
mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan (WHO).
Persentase tertinggi kedua penyebab kematian
ibu yang adalah eklamsia (24 persen), kejang bisa terjadi pada pasien dengan
tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat persalinan.
Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan akan kembali normal bila
kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak kembali normal setelah bayi
lahir. Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu
sebelum hamil. Faktor lain penyebab tingginya AKI di Indonesia adalah
disebabkan karena relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga
kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar