Salah satu pengalaman hidup anak manusia yang
paling buruk adalah menjadi yatim piatu, tidak ada lagi orang tua kandung,
sanak keluarga dekat yang masih hidup, sehingga tiba-tiba saja seseorang anak
menjadi sebatang kara di dunia yang luas ini. Misalnya yang sering kita lihat
sewaktu terjadi bencana alam, peristiwa konflik antara golongan manusia, dan
lain-lain.
Pengalaman ini sangat traumatis bagi yang
mengalami hal demikian, apalagi bagi anak kecil yang masih sangat membutuhkan
kasih sayang orang tua, perhatian keluarga dan lingkungan bagi pertumbuhan
fisik dan mental yang sehat sewaktu anak menjadi dewasa nanti.
Menurut penelitian ilmiah, pengalaman
traumatis demikian sangat berpengaruh negatif terhadap anak, salah satunya
adalah terhadap usia harapan hidup atau life expectancy anak tersebut.
Menurut data kesehatan WHO, maka usia harapan
hidup populasi dunia saat ini rata-rata telah mencapai usia 69 tahun,
sebaliknya usia harapan hidup anak yatim piatu di dunia hanya kurang dari 30
tahun. Masalah mendesak ini terjadi di Afrika, Asia, Amerika Latin, tetapi
sebenarnya hal ini terjadi dimana-mana, termasuk di Amerika Serikat, dimana anak-anak akan tinggal di panti hingga mencapai usia 18 tahun, setelah itu : 25% menjadi tuna wisma, 56% menjadi tuna karya, 27% akan berakhir di penjara, 30% anak perempuan yatim piatu akan terpaksa
menjadi ibu sebelum waktunya.
Saat ini terdapat sekitar 163 juta anak yatim
piatu di seluruh dunia, sebanyak 30.000.000 terdapat hanya di India. Tetapi
menurut data, di India, sebenarnya hanya 0,30% saja yang menjadi yatim piatu
karena kedua orang tuanya telah meninggal, sisa selebihnya adalah karena
dibuang atau ditelantarkan oleh keluarga.
Masalah anak yatim piatu ini tercatat jelas
di Afrika, tetapi di negara seperti Rusia tidak begitu jelas. Ketika seorang
anak berusia 16 tahun terdaftar di sistem pencatatan anak yatim piatu di Rusia,
mereka telah mencapai “usia pertengahan” untuk data kependudukan mereka. Usia
harapan hidup mereka adalah kurang dari 30 tahun.
Lebih buruk lagi di Ukraina, dimana kurang
dari 30% anak yatim piatu yang telah diadopsi menurut data anak yatim piatu
WHO, selebihnya akan terdampar di jalanan, dan usia harapan hidup bagi anak
lelaki rata-rata hanya mencapai usia 26 tahun dan anak perempuan hanya mencapai
usia 24 tahun saja sudah meninggal.
Di Amerika Latin, keadaannya jauh lebih buruk
dari yang tampak. Misalnya di Kolombia, meski terjadi perbaikan sektor
ekonominya, namun angka anak yatim piatu juga meningkat mencapai 577.000 anak
pada tahun 2010, menurut badan sosial Hope International.
Setelah terdampar di jalanan, maka anak lelaki
akan menjadi “serdadu anak” atau “child soldier” dan anak perempuan dipaksa
menjadi budak seksual pada saat mereka baru berusia 12 tahun.
Menurut data Interpol, sekitar 35.000 wanita
dan anak perempuan dari Kolombia telah diperjualbelikan diluar kehendak
mereka, dan usia rata-rata mereka saat diperjualbelikan baru mencapai 14 tahun
saja dan usia harapan hidup anak-anak demikian tidak dapat diketahui, karena
mereka telah dijual dan tersebar dimana-mana. Yang pasti adalah, mereka akan
meninggal dalam usia yang masih sangat muda.
Menurut data Orphans Lifeline, di Meksiko
terdapat sekitar 10% penduduk yang tergolong kaya, 30% diperkirakan sebagai
golongan kelas menengah dan sisa 60% dari 111.000.000 penduduk Meksiko adalah
golongan miskin. Yang berarti sekitar 60.000.000 penduduk Meksiko harus hidup
dengan 26% pendapatan negara sebagai sumber penghidupan mereka. Dari jumlah
ini, sekitar 1,5 juta adalah anak-anak yang tergantung dari sumber luar untuk
menopang kehidupan mereka, karena tidak adanya dana bantuan dari pemerintah. Usia harapan hidup di Meksiko adalah 75 tahun
Umumnya adopsi yang terjadi di seluruh dunia
adalah pada saat anak sudah mencapai usia 17 bulan. Salah satu syarat kualifikasi tentang adopsi
adalah bahwa orang tua asuh harus sehat. Karena jika usia harapan hidup orang tua
asuh sendiri adalah lebih rendah dari usia harapan hidup di negara asal orang
tua asuh sendiri, maka permintaan adopsi anak mungkin menjadi sulit. Banyak bukti yang memperlihatkan bahwa anak
yatim piatu yang telah diadopsi oleh keluarga yang menyayanginya akan hidup
lebih lama dan lebih produktif, meskipun mereka telah meninggalkan negara
tempat kelahirannya dan tinggal di negara orang tua asuhnya.
Akhirnya, coba bayangkan kehidupan untuk anak
yatim piatu yang tidak diadopsi. Apa yang akan terjadi pada anak-anak ini
setelah mencapai usia 16 tahun dan harus berdiri sendiri. Untuk diketahui saja bahwa hanya diperlukan
sekitar $35 untuk membiayai kehidupan seorang anak yatim piatu.
Ada berapa banyak anak yatim piatu di
Indonesia ? Ada berapa banyak anak yatim piatu
dilingkungan sekitar kita ? Ada berapa banyak anak yatim piatu yang
beruntung, yang diadopsi oleh keluarga yang menyayangi mereka ?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar