Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Minggu, 23 Agustus 2015

The Power of Giving

Ada 2 macam paradigma dalam kehidupan ini, yaitu: mentalitas kelimpahan (abundance mentality) yaitu paradigma bahwa ada banyak di luar sana untuk semua orang dan mentalitas kelangkaan (scarcity mentality) yakni paradigma bahwa hanya ada sedikit untuk semua orang.
Orang dengan paradigma pertama akan bisa bersyukur dan menikmati hidup ini dengan tenang serta senang, karena ia tidak khawatir akan kehabisan berkah. Ia juga akan rela serta banyak memberi, karena ia yakin bahwa hidup ini adalah kaya dan berkelimpahan. Ia juga tidak akan berebut, bersaing keras apalagi mencuri hak orang lain. Pada akhirnya paradigma semacam ini akan semakin menarik banyak kelimpahan untuk datang ke dalam hidupnya.
Orang dengan paradigma kedua akan lebih banyak berkeluh kesah serta senantiasa merasa kurang, ia juga akan menjadi kikir dan serakah karena ia merasa bahwa hidup ini sempit serta terbatas. Ia akan berusaha berebut, bersaing dan berusaha mati-matian demi mendapatkan hasil yang sedikit. Pada akhirnya paradigma semacam ini juga akan membuat hidupnya semakin merana, terus berkekurangan serta jauh dari berkah dan kelimpahan.
Elizabeth Dunn seorang pakar psikologi sosial bersama timnya melakukan penelitian perilaku kepada 109 mahasiswa University of British Columbia, Kanada. Kepada para mahasiswa tersebut diberikan uang sebesar 5 dan 20 dollar untuk dibelanjakan bagi diri sendiri maupun untuk diberikan bagi kepentingan orang lain. Setelah dievaluasi ternyata mahasiswa yang memberikan atau membelanjakan uangnya untuk orang lain lebih berbahagia daripada yang menggunakan uang itu untuk dirinya sendiri.
Penelitian lain juga dilakukan di Tecumseh, Michigan, AS selama 10 tahun terhadap 2.700 orang yang menunjukkan bahwa orang yang melakukan kegiatan sosial secara sukarela memiliki resiko meninggal dunia dua kali lebih rendah daripada mereka yang tidak. Penelitian di Wellesley College terhadap 200 orang juga menunjukkan bahwa mereka yang aktif dalam kegiatan sosial memiliki kesehatan fisik dan mental yang lebih baik.
Majalah ilmiah populer Science Now Daily News edisi 20 Maret 2008 menerbitkan sebuah artikel berjudul: “The Secret of Happiness? Giving” berdasar dari berbagai hasil penelitian. Semua hal ini menunjukkan bahwa aktifitas memberi atau berbuat sesuatu bagi orang lain akan memberikan kebahagiaan serta manfaat untuk diri kita sendiri. 
Ada banyak sekali kisah tentang kedahsyatan dari kekuatan memberi ini. Inilah yang disebut sebagai berkah pelipatgandaan. Ada sebuah pengalaman tentang seseorang yang bersedekah 400 juta dan kemudian mendapatkan “rejeki nomplok” sebesar 21 milyar hanya dalam waktu 2 bulan.
Sebuah kisah nyata tentang keajaiban memberi adalah sebuah kisah tentang seorang mahasiswa kedokteran miskin yang membiayai kuliahnya dengan bekerja menjadi seorang salesman. Suatu ketika ia merasa sangat lelah dan kehausan di jalan sementara uang sakunya sudah hampir habis, dia pun meminta segelas air kepada seorang ibu. Dengan ramah ibu itu kemudian memberinya segelas susu, karena merasa kasihan dengan anak muda tersebut. 
Selang beberapa tahun kemudian ibu itu jatuh sakit sehingga harus dioperasi, meskipun khawatir jika dia tidak sanggup membayar biaya perawatannya namun dia akhirnya tetap menjalani operasi tersebut. Saat dokter memeriksa ibu tersebut betapa kagetnya ia ketika mengetahui bahwa ibu inilah yang dulu pernah memberinya segelas susu bertahun-tahun yang lalu, singkat cerita operasi pun berjalan dengan sukses. Ketika ibu itu kemudian menanyakan kepada petugas administrasi tentang berapa biaya yang harus dibayarnya, dia heran dan terkejut karena cuma menerima sebuah amplop dengan tulisan yang tidak dimengertinya. Pada kertas itu tertulis kalimat: “Telah terbayar lunas oleh segelas susu bertahun-tahun yang lalu”. Ibu ini tidak paham apa maksud kalimat tersebut, setelah bertanya kepada suster tentang jati diri orang yang telah begitu berbaik hati membayar semua tagihannya (yang dia sendiri tidak akan pernah sanggup membayarnya itu) dia pun kemudian berusaha menemui dewa penolongnya itu. Betapa terkejut dan terharunya ibu itu ketika teringat bahwa dokter itulah salesman muda yang dulu pernah mampir ke rumahnya dan meminta segelas air. Ketulusan dan pemberian kecil yang seolah tidak begitu berharga ternyata telah sanggup menyelamatkan nyawanya. Inilah keajaiban dari  kekuatan memberi dan sedekah.
Kasih sayang menemukan ungkapan yang paling alami dan spontan dalam tindakan memberi, pemberian adalah bentuk pelepasan daya yang akan kembali kepada kita secara berlipat ganda. Rasa syukur  dan sedekah bisa mengubah segalanya, tujuan kita bertumbuh adalah agar kita bisa memberi. Tindakan kebaikan dan kemurahan hati pada akhirnya akan menuai kemurahan dari Tuhan dan juga dari orang lain. Dengan banyak memberi maka kita juga akan banyak menerima, dengan banyak memberi kita juga akan berkelimpahan. Tidak ada orang yang jatuh miskin atau bangkrut karena memberi, yang ada justru orang akan semakin makmur, kaya dan berkelimpahan karena banyak memberi. Barang siapa menabur sedikit ia akan menuai sedikit, dan barang siapa menabur banyak ia juga akan menuai banyak. 
Lihatlah orang-orang yang paling kaya  di dunia ternyata juga adalah orang yang paling dermawan di dunia. Kekayaan mereka tidak menjadi surut meskipun telah menyumbang miliaran dollar bahkan justru menjadi semakin berlipat ganda, seperti: Warren Buffet telah menyumbangkan hartanya sebesar 30,7 milyar dollar, Bill Gates sebesar 29 milyar dollar, Li Ka Shing sebesar 10 milyar dollar  serta Oprah Winfrey, Michael Jackson dan Michael Bloomberg yang masing-masing sebesar 300 juta dollar.
Harta bagaikan benih padi, sebagian untuk dimakan dan sebagian untuk ditabur lagi. Tapi yang dimakan akan habis sedang yang ditabur justru akan menjadi berlipat ganda. Alam semesta juga selalu memberi dengan tanpa batas, Tuhan juga selalu memberi tanpa pernah menghitung-hitungnya. Hukum alam mengajarkan kepada kita bahwa apa yang kita beri akan selalu kembali kepada kita, oleh karena itu berikanlah apa yang ingin anda terima. Jika anda menginginkan cinta, maka berikanlah cinta terlebih dahulu. Jika anda ingin mendapatkan harta, maka berikanlah hal itu terlebih dahulu. Apapun yang kita lakukan semuanya akan berbalik dan kembali kepada kita, sehingga tidak ada satupun yang hilang percuma dan juga tidak ada satupun yang sia-sia di alam ini.



Sumber: Dikutip dari beberapa sumber
Oleh: Faisal Ahmad Fani (Pemuda Peduli Dhuafa Gresik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar