Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Senin, 30 Desember 2013

Plus Minus Peringatan Hari AIDS Sedunia

Sabtu, 1 Desember masyarakat dunia memperingati Hari Aids Sedunia. Dimana semua orang mengkampanyekan plus himbauan agar menggunakan kondom ketika melakukan hubungan intim sebagai bentuk tips aman agar tidak terjangkit penyakit yang mematikan dan sampai sekarang belum ditemukan obatnya, yaitu AIDS. Namun sesungguhnya dengan seremonial seperti ini juga mengundang banyak tanya, “Apakah dengan seruan menggunakan kondom tidak sama saja dengan upaya untuk melegalkan seks bebas ?”.
Prolog diatas seolah-olah saya mencoba untuk menghakimi tentang peringatan hari AIDS, namun sesungguhnya bukan seperti itu yang saya maksud. Dalam tulisan ini saya mencoba untuk sedikit memberikan pendapat dan pertimbangan ulang tentang perayaan hari tersebut.
Kalau kita meninjau dengan diadakannya peringatan ini adalah bertujuan untuk untuk menumbuhkan kesadaran terhadap wabah AIDS di seluruh dunia yang disebabkan oleh penyebaran virus HIV. Konsep ini digagas pada Pertemuan Menteri Kesehatan Sedunia mengenai Program-program untuk Pencegahan AIDS pada tahun 1988. Sejak saat itu, ia mulai diperingati oleh pihak pemerintah, organisasi internasional dan yayasan amal di seluruh dunia. Hari AIDS Sedunia pertama kali dicetuskan pada Agustus 1987 oleh James W. Bunn dan Thomas Netter, dua pejabat informasi masyarakat untuk Program AIDS Global di Organisasi Kesehatan Sedunia di Geneva, Swiss. Bunn dan Netter menyampaikan ide mereka kepada Dr. Jonathan Mann, Direktur Pgoram AIDS Global (kini dikenal sebagai UNAIDS). Dr. Mann menyukai konsepnya, menyetujuinya, dan sepakat dengan rekomendasi bahwa peringatan pertama Hari AIDS Sedunia akan diselenggarakan pada 1 Desember 1988, dan program ini bekerja sama dengan PBB yang diwakili United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) untuk penanganan HIV/AIDS mulai bekerja pada 1996, dan mengambil alih perencanaan dan promosi Hari AIDS Sedunia. Bukannya memusatkan perhatian pada satu hari saja, UNAIDS menciptakan Kampanye AIDS Sedunia pada 1997 untuk melakukan komunikasi, pencegahan dan pendidikan sepanjang tahun. Pada dua tahun pertama, tema Hari AIDS Sedunia dipusatkan pada anak-anak dan orang muda. Tema-tema ini dikiritk tajam saat itu karena mengabaikan kenyataan bahwa orang dari usia berapapun dapat terinfeksi HIV dan menderita AIDS. Tetapi tema ini mengarahkan perhatian kepada epidemi HIV/AIDS, menolong mengangkat stigma sekitar penyakit ini, dan membantu meningkatkan pengakuan akan masalahnya sebagai sebuah penyakit keluarga. Pada 2004, Kampanye AIDS Sedunia menjadi organisasi independen.
Memang apa yang dicitakan oleh Bunn adalah sebuah kesadaran masyarakat akan bahaya AIDS yang nantinya dengan sadar tersebut menjadikan masyarakat agar waspada dengan menjauhinya dalam bentuk untuk tidak melaukakan seks bebas. dan begitu juga dengan PBB yang diwakili oleh UNAIDS-nya yang mencoba untuk mengampanyekan hal serupa. Namun dibalik semua itu ada sebuah ironi yang kadang menyesakkan dada kita, betapa tidak!, peringatan ini biasanya di identikkan dengan kampanya tips seks bebas yang aman, yaitu dengan menggunakan kondom, fenomena real ini bisa kita lihat dimana-mana, bahkan di Indonesia sendiri. Dan hal ini saya kira menampar budaya kita sendiri, dimana budaya kita yang selalu menjunjung tinggi etika dan estetika diinjak-injak dengan hanya sebuah perayaan yang amat hina.
Ingat, saya bukan berarti apatis dengan perayaan tersebut. Cuman apakah tidak ada cara lain yang lebih baik untuk merayakan hari tersebut dengan cara lain yang lebih santun mungkin, hal ini bisa kita lihat teman-teman di Purwokerto yang memperingati hari AIDS dengan membagi-bagikan bungga kertas, dan selebaran yang berisi mengenai bahaya HIV/AIDS kepada masyarakat dan himbauan untuk tidak melakukan seks bebas dan juga penangananya terhadap penderita.
Saya kira solusi terbaik memang sudah adalah dengan ditetapkan di negara kita sebagai negara yang sangat mengedepankan etika dan estetika, dimana ketika seseorang diperbolehkan melakukan hubungan intim harus melalui jalur-jalur yang telah ditentukan, tidak diperbolehkan jika tidak melewati atau tidak mengindahkan jalur tersebut, karena memang hanya dengan jalur tersebut tidak akan sampai terjadi bahaya diatas.

Dalam paragraf terakhir ini, saya sebagai penulis mencoba untuk memberikan yang terbaik kita semua masyarakat, bahwa memang tidak ada cara lain yang untuk menghindari penyakit AIDS, kecuali untuk menempuh jalur yang sudah ditentukan. Semoga saja kita semua terselamatkan dari mara bahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar