Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Senin, 07 September 2015

Sedekah

Menurut kaidah bahasa, sedekah merupakan kata serapan dari bahasa arab “shadaqa” yang artinya benar. Secara ilmu bahasa, pengertian dari sedekah itu sendiri merupakan pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, terutama kepada orang-orang miskin, setiap kesempatan terbuka yang tidak ditentukan baik jenis, jumlah maupun waktunya (Yusuf Qardhawi).

Anjuran sedekah ini merupakan salah satu sunnah yang diajarkan Rasulullah kepada ummatnya. Bagaimana jika dicermati secara bahasa arab, mengapa sedekah memiliki arti benar? Jelas terjawab sudah, bagaimana dengan kesempurnaan agama ini, mengajarkan kita untuk bersyukur dan taat kepada Allah SWT. Bagaimana rizki yang kita dapatkan dengan peluh yang bercucuran, dengan sengatan sinar matahari yang membuat legam kulit kita, kita relakan untuk diberikan kepada kaum yang membutuhkan? Kenapa dengan usaha keras yang kita keluarkan, Allah tidak memerintahkan kepada kita untuk lebih baik menyimpanya saja? berfikir secara sederhana, namun menjadikan iman dalam hati ini semakin bergemuruh meyakini agama islam ini agama yang dirahmati Allah, iya, jawabannya sederhana, Allah menginginkan bagaimana kita untuk dapat membenarkan iman dalam hati kita. Seberapa jauh rasa syukur kita atas rizki yang telah Allah berikan kepada kita. Iman ini yang membedakan kita sebagai kaum muslim dengan kaum munafiq yang mengetahui kebenaran tetapi tidak melakukannya. Maka dalam Al-Qur’an dijanjikan oleh Allah surga yang begitu indah dengan sungai yang mengalir. Membayangkannya sungguh terasa sejuk. Ini lah agamaku, agama Allah.

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang yang beramal".

Kalimat tersebut merupakan kutipan dari terjemahan dari Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 133-136. Sungguh kalimatullah yang indah untuk didengar. Bagaimana Allah menguji kita dengan memerintahkan kita untuk menafkahkan baik diwaktu lapang maupun sempit. Maksud dari ayat ini adalah kita diperintahkan untuk bersedekah tidak hanya ketika dalam keadaan lapang tetapi juga dalam keadaan sempit pun kita dianjurkan untuk bersedekah. Sungguh indah agama ini, bilamana setiap muslim di dunia ini bersedekah kepada sesama saudaranya yang membutuhkan, akan tercipta dunia yang begitu damai, berkurangnya kesenjangan social antara si kaya dan si miskin, tidak ada lagi saudara kita yang kelaparan dan tidak ada lagi kemiskinan yang melanda negeri Indonesia tercinta ini.

Belum cukup dengan janji Surga Allah yang mengalir dibawahnya sungai, akal kita pun dibuat terperangai melihat kemurahan Allah SWT kepada hamba-Nya. Masih mendapatkan bonus 700 kali lipat terhadap apa yang kita nafkahkan. Maha Suci Allah, Maha Besar Allah, tidak hanya Surga yang menjadi jaminan tetapi juga dilipatk gandakan 700 kali. 

“Perumpamaan sedekah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas Karunia-Nya lagi maha Mengetahui” (QS:Al Baqarah:261).

Tiada suatu kuasa pun melainkan atas kuasa Allah. Sungguh Luas Karunia Allah. Sungguh benar pepatah yang mengatakan “Siapa yang menanam benih maka ia akan menuainya”, siapa yang menebar kebaikan maka dia yang akan mendapat kebaikan 700 kali dari Allah Azza Wa Jala.

Ketika berbicara shadaqa, saya teringat pada kisah sahabat Rasulullah, dia adalah Ulbah bin Zaid, dari suku Anshor dari kabilah Aus, adalah seorang yang fakir dan tidak memiliki harta benda untuk diinfakkan guna mendukung pasukan yang akan pergi berperang. Ia hanya dapat menyaksikan kesibukan kaum muslimin dalam mempersiapkan kelengkapan perang.

Kisah Ulbah bin Zaid. Dia diselipkan oleh sejarah di dalam sejarah perang Tabukdimana peperangan bagi orang Arab pertama kali melawan Romawi. Kali ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam mengabarkan kepada para sahabat tentang tujuan dan rencana untuk melaksanakan peperangan di daerah Tabuk, sebuah daerah yang sangat jauh bagi bangsa Arab pada saat itu. Mendengar adanya seruan jihad ini maka kaum muslimin berbondong-bondong datang memenuhi kota Madinah dari seluruh pelosok negeri. Bagaimana pula mereka tidak berjihad di jalan Allah sedangkan Gerbang Syurga yang seluas langit dan bumi akan dibukakan untuknya. Rasulullah mengajak para dermawan untuk menginfakkan harta mereka guna bekal bagi pasukan yang akan berangkat menuju medan perang. Peristiwa ini dikenal dengan Jaisyul ‘Usroh.
Ulbah bin Zaid adalah dari suku Anshor dari kabilah Aus, adalah seorang yang fakir dan tidak memiliki harta benda untuk diinfakkan guna mendukung pasukan yang akan pergi berperang. Ia hanya dapat menyaksikan kesibukan kaum muslimin dalam mempersiapkan kelengkapan perang. Semua orang telah melengkapi dirinya dengan perlengkapan perang seperti baju besi, pedang, panah, tombak, unta, kuda dan lain lain. Ia menyaksikan semua itu dengan kesedihan yang mendalam, karena ia tidak memiliki uang sepeserpun untuk membeli peralatan perang tersebut.

Pagi itu, setelah sholat subuh, ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda : “Barang siapa yang mempersiapkan Jaisyul ‘Usroh, untuknya surga”. Panas dingin rasa badannya mendengar sabda Nabi itu, apalagi dalam peperangan ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam tidak menerima mujahid kecuali mereka yang memiliki kendaraan dan kelengkapan perang.

Ulbah juga melihat ketika Rasulullah duduk di Kota Madinah di Masjid Nabawi. Ulbah melihat Rasulullah duduk dikelilingi para sahabat. Tiba-tiba Abu Bakar datang sambil membawa uang sebanyak 4000 dirham, lalu beliau serahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam guna keperluan perang. Melihat uang sebanyak itu maka Rasulullah bertanya kepada Abu Bakar: “Apa yang engkau sisakan kepada keluargamu?” Abu Bakar menjawab: “Aku tinggalkan Allah beserta RasulNya”. Untuk itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam berkata: “Tidak ada harta yang bermanfaat bagiku seperti harta Abu Bakar”. Umar datang dengan membawa setengah hartanya. Usman membawa 1000 dinar dan menyerahkannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam. Lalu Beliau mengaduk aduknya seraya berkata: “Tidak ada yang membahayakan Usman dengan apa yang dia perbuat setelah ini”. Abdurrahman bin auf membawa 200 uqiyah perak, dan disusul oleh para sahabat yang lain masing masing dengan membawa hartanya.

Para sahabat yang bukan dari golongan berada juga datang berinfak dengan apa yang mereka miliki. Ashim bin Adi membawa 90 wasaq dari kurma kebunnya, sebagian lagi ada yang membawa dua mud bahkan ada yang hanya satu mud (sebanyak dua telapak tangan orang dewasa). Semua kaum muslimin datang berinfak, kecuali para munafiqin.

Melihat hal itu, pulanglah Ulbah dengan membawa kesedihannya. Sampai larut malam ia tidak bisa tidur memikirkan dirinya yang tidak dapat berinfak dan membeli peralatan perang seperti para sahabat lakukan. Dia hanya mebolak-balikkan badannya di atas tikarnya yang lusuh. Selintas timbul dalam fikirannya untuk mengurangi kegundahan hati. Maka ia pun berwudhu lalu melaksanakan sholat. Kemudian ia pun menangis, menumpahkan semua kesedihannya kepada Dzat yang memiliki isi langit dan bumi. Lalu ia berdoa sambil mengangkat kedua tangannya: “Ya Allah, Engkau memerintahkan berjihad, sedangkan Engkau tidak memberikan aku sesuatu yang dapat aku bawa berjihad bersama RasulMu, dan Engkau tidak memberikan di tangan RasulMu sesuatu yang dapat membawaku berangkat. Maka saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah bersedekah kepada setiap muslim dari semua perbuatan zholim mereka terhadap diriku dari perkara harta, raga atau kehormatan”.

Doa itu ia ucapkan berulang ulang kali seakan akan ia berkata : “Ya Allah, tidak ada yang dapat aku infakkan sebagaimana yang lainnya telah berinfak. Seandainya aku memiliki seperti yang mereka punya, aku akan lakukan untukMu, demi jihad di jalanMu. Yang aku punya hanya kehormatan, kalau Engkau bisa menerimanya, maka saksikanlah bahwa semua kehormatanku telah aku sedekahkan malam ini untukMu!”.

Pagi harinya, ia mengikuti sholat subuh berjamaah bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam. Telah ia lupakan air mata yang telah tertumpah di atas sajadah tadi malam. Tetapi Allah tidak menyia-nyiakannya, Dia khabarkan semua cerita tsb kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam melalui perantaraan Jibril. Selesai sholat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda: “Siapa yang tadi malam telah bersedekah? Hendaklah ia berdiri.” Tidak ada seorangpun dari para sahabat yang berdiri, dan Ulbah pun tidak merasa bahwa ia telah bersedekah.

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam mendekatinya dan berkata: “Bergembiralah Ulbah. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sesungguhnya sedekahmu tadi malam telah ditetapkan sebagai sedekah yang diterima” (kisah tersebut disunting dari 
https://www.facebook.com/permalink.php?id=195402473878994&story_fbid=527230634029508).

Alangkah bahagianya Ulbah, doa yang ia panjatkan tadi malam sebenarnya adalah upaya dan usaha dari orang miskin yang tidak punya harta. Allah mendengar rintihan dan jeritannya. Semoga Allah merahmati Ulbah bin Zaid, dengannya kita belajar bahwa tidak selamanya bersedekah harus dalam keadaan lapang dengan materi yang kita punya, sebagaimana yang dilakukan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Abdurrahman bin Auf yang menyedekahkan harta mereka di Jalan Allah. Disini kita dapat pelajaran bahwa dengan keterbatasan yang Allah berikan kita juga dapat berbuat untuk Islam. Dengan do’a pun kita sudah melakukan sedekah. Sungguh Islam merupakan agama yang mudah, tapi jangan dimudah-mudahkan agama ini, karena ada batasan di dalamnya. Sungguh Allah Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Maka disini kami mengajak para pembaca untuk sekiranya dapat bersedekah kepada para sesama saudara kita yang membutuhkan, meringankan beban yang harus di tanggung saudara kita yang mungkin dalam hal harta tidak sebanyak yang kita dapatkan, bersedekah dalam keadaan lapang ataupun sempit, baik sedekah berupa harta ataupun do’a. Maka tebarkan lah kebaikan, semailah bibit kebaikan yang ingin kalian tuai di hari pembalasan esok. Semoga Allah meridhoi, sesungguhlah Allah Maha Benar, dan kesalahan milik saya. Semoga bermanfaat. Wassalamu’alaykum.

# Sebagai tambahan untuk memperkuat hati kita akan kebenaran sedekah, saya tambahkan beberapa hadis.
Rasulullah (S.A.W.) pernah bersabda bahwa harta seseorang tidak akan berkurang karena disedekahkan:
"Ada tiga perkara yang saya bersumpah atasnya dan saya memberitahukan kepadamu semua akan suatu Hadits, maka peliharalah itu: Tidaklah harta seseorang itu akan menjadi berkurang sebab disedekahkan, tidaklah seseorang hamba dianiaya dengan suatu penganiayaan dan ia bersabar dalam menderitanya, melainkan Allah menambahkan kemuliaan padanya, juga tidaklah seseorang hamba itu membuka pintu permintaan, melainkan Allah membuka untuknya pintu kemiskinan," (H.R. Tirmidzi, dari Abu Kabsyah, yaitu Umar bin Sa'ad al-Anmari r.a.)

“Wahai anak Adam,
sesungguhnya jika engkau memberikan kelebihan hartamu,
itu sangat baik bagimu. Jika tidak, itu sangat jelek bagimu.
Engkau tidak (akan) dicela karena kesederhanaanmu.
Dahulukanlah orang yang menjadi tanggunganmu.
Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.”
(HR muslim)



Oleh: Ahmad Nur Rowiyanto (Volunteer "Damar Panulung" PPDG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar