Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Senin, 14 Oktober 2013

Strategi Kampanye "Stop the Trafficking of Children and Young People"

STRATEGI KAMPANYE “STOP THE TRAFFICKING OF CHILDREN AND YOUNG PEOPLE” OLEH PUBLIC RELATIONS THE BODY SHOP DALAM MENCIPTAKAN KESADARAN MEREK PADA PELANGGAN THE BODY SHOP GANDARIA CITY
(PERIODE MARET 2012)
By :
Sarah Noor Fatimah
Jurusan Marketing Communication, Fakultas Ekonomi dan Komunikasi, BINUS University
                                             Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480
                                                                            Telp. (62-21) 534 5830
Email penulis : sarahnoorf@hotmail.com
Nama Mahasiswa : Sarah Noor Fatimah
Nama Dosen Pembimbing : D3656-Muhammad Adi Pribadi, S.E., M.Comm., MIB

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk melihat strategi  yang digunakan dalam kampanye “Stop The Trafficking of Children and Young People” serta melihat kampanye tersebut dapat merubah kesadaran terhadap brand The Body Shop tidak sekedar brand kosmetik saja. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara dan dokumen. Serta tipe riset yang digunakan yaitu deskriptif. Wawancara dilakukan kepada pihak internal dan eksternal. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah kampanye “Stop The Trafficking of Children and Young People” menggunakan strategi 360 derajat dan dengan kampanye tersebut, pelanggan menyadari dan diingatkan kembali bahwa The Body Shop merupakan brand yan peduli terhadap lingkungan atau keadaan sekitar. Simpulan yang didapat yaitu secara keseluruhan kampanye “Stop The Trafficking of Children and Young People” dapat menciptakan kesadaran brand bahwa The Body Shop bukan sekedar brand kosmetik pada umumnya dan strategi yang digunakan membantu keberhasilan kampanye tersebut.

Kata Kunci : Strategi, PR Campaign, Brand Awareness, Pelanggan
1.    PENDAHULUAN

Ledakan akan kebutuhan lembaga public relations di Indonesia terjadi seiring lahirnya demokratisasi dalam berbagai bidang sejak tahun 1998. Tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang ini public relations (PR) sangat dibutuhkan di dalam sebuah perusahaan.  Dapat dikatakan bahwa public relations merupakan ujung tombak suatu perusahaan sehingga peranannya sangatlah penting.
Scott M. Cutlip dan Allen H. Center (2009:6) dalam bukunya yang berjudul “Efektif Public Relations” menyatakan bahwa public relations merupakan fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian, pemahaman, dan dukungan dari publiknya. Tujuan utama dari public relation adalah mempengaruhi perilaku orang secara individu maupun kelompok saat saling berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan, dimana persepsi, sikap dan opininya penting terhadap suatu kesuksesan sebuah perusahaan.
Banyak sekali aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh Public Relation. Salah satu aktivitas dari seorang public relations (PR) yaitu membuat suatu kampanye. Dimana dengan adanya kampanye tersebut diharapkan dapat membentuk suatu perubahan sosial di kehidupan masyarakat. Menurut Rogers dan Storey yang dikutip oleh Ruslan (2008:22), kampanye adalah serangkaian kegiatan komunikasi yang terorganisasi dengan tujuan untuk memciptakan dampak tertentu terhadap sebagaian besar khalayak sasaran secara berkelanjutan dalam periode tertentu. Kampanye ini tidak digunakan di dalam bidang promosi dan publikasi dengan tujuan komersial, karena kampanye lebih bertujuan untuk membentuk suatu perubahan sosial. Dengan melakukan kampanye, diharapkan masyarakat dapat terbuka wawasannya mengenai hal yang menjadi isu kampanye tersebut, sehingga dengan begitu diri mereka akan sadar dan ikut berpartisipasi dalam proses pelaksanaannya.
Ada beberapa jenis kegiatan kampanye yang dilakukan oleh public relations (PR), diantaranya yaitu: kampanye produk, dimana kampanye ini bersifat komersial; kampanye pencalonan kandidat, dimana kampanye ini mengarah ke hal-hal yang berhubungan dengan politik; kampanye ideologi dan misi sosial, dimana kampanye ini lebih bersifat khusus dan berdimensi sosial.
Salah satu perusahaan yang sangat berkomitmen tinggi dalam pelaksanaan kampanyenya yaitu The Body Shop, dimana perusahaan ini sangat berkomitmen dalam hal lingkungan sekitar serta kegiatan sosial.


2.    METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan oleh penulis, menggunakan jenis penelitian primer dan sekunder. Dimana dalam penelitian primer melakukan wawancara, dan penelitian sekunder dengan mendapatkan data-data dari studi kepustakaan.
Burhan Bungin (Penelitian Kualitatif: 2007:84) menyatakan bahwa metode kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung.

2.1 Metode Pengumpulan Data
Penelitian Primer
Dalam penelitian primer dibutuhkan data atau informasi yang bersumber dari sumber pertama atau biasa disebut dengan istilah ‘narasumber atau informan’. Data atau informasi diperoleh melalui pertanyaan tertulis dengan menggunakan metode kuesioner atau lisan dengan menggunakan metode wawancara.
Menurut Burhan Bungin, wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung.

Penelitian Sekunder
Penelitian sekunder menggunakan data yang bukan dari sumber pertama sebagai sarana memperoleh data atau informasi untuk menjawab masalah yang diteliti. Penelitian ini juga dikenal dengan penelitian yang mengunakan studi kepustakaan dan biasanya digunakan oleh peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif.
Sejumlah besar fakta dan data tersipan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cinderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga member peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang perna terjadi di waktu silam. Secara detail bahan documenter terbagi menjadi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data yang tersimpan di website, dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian yang dilakukan oleh penulis, menggunakan jenis penelitian primer dan sekunder. Dimana dalam penelitian primer melakukan wawancara, dan penelitian sekunder dengan mendapatkan data-data dari studi kepustakaan.



2.2 Tekhnik Validitas Data
Uji validitas dan reliabilitas penelitian kualitatif disebut juga keabsahan data sehingga instrument atau alat ukur yang digunakan akurat dan dapat dipercaya. Keabsahan data ini tentunya melalui sebuah instrument atau alat ukur yang sah dalam penelitian kualitatif.  Validitas membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan kenyataan, dan apakah penjelasan yang diberikan sesuai dengan yang sebenarnya.
Terdapat dua jenis validitas, yaitu validitas internal dan eksternal. Validitas internal, yaitu ukuran kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen, yakni apakah instrument itu sungguh-sungguh mengukur variable yang sebenarnya. Validitas eksternal berkenaan dengan generalisasi, sampai manakah generalisasi yang dirumuskan berlaku bagi kasus-kasus lain di luar penelitian. Dalam penelitian ini sendiri menggunakan validitas eksternal.
Reliabilitas berkenaan dengan pertanyaan apakah penelitian itu dapat diulangi oleh peneliti lain. Bila ia menggunakan metode yang sama apakah hasilnya akan sama. Jadi, reliabilitas menunjukkan adanya konsistensi, memberikan hasil yang konsisten atau kesamaan hasil sehingga dapat dipercaya.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan tingkat kebenaran hasil penelitian, yaitu: a) memperpanjang masa observasi; b) mengamati terus-menerus; c) triangulasi; d) membicarakannya dengan orang lain; e) menganalisa kasus negatif (kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian hingga saat tertentu); f) menggunakan referensi; g) mengadakan member check. (Nasution, 2003:1114-118). Adapun dalam penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan yaitu dengan cara mengamatinya terus-menerus dan menggunakan referensi.


2.3 Tekhnik Analisis Data
Analisis data dilakukan oleh peneliti untuk dapat menarik kesimpulan-kesimpulan. Ardianto (2010:217) menyebutkan bahwa analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga tema dapat ditemukan dan hipotesis kerja dapat dirumuskan seperti yang disarankan oleh data.
Ada banyak model analisis data metode penelitian kualitatif. Namun, dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman, dimana mereka menyatakan ada tiga jenis kegiatan dalam analisis data, yaitu:
1.      Reduksi. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan. Reduksi data terjadi secara berkelanjutan hingga laporan akhir.
2.       Model data (data display). Kita mendefinisikan model sebagai suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk yang paling sering dari model penelitian kualitatif adalah bentuk teks naratif.
3.      Penarikan/verifikasi kesimpulan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah makna sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi-proposisi. Peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang ada dan atau kecenderungan dari diplay data yang telah dibuat. (Ardianto, 2010:223)


3.    HASIL DAN BAHASAN
Kampanye “Stop The Trafficking of Children and Young People” dilaksanakan selama hampir 3 (tiga) tahun. Dimana dalam setiap tahun tersebut memiliki tujuan yang berbeda yang secara keseluruhan akan menciptakan kesadaran brand dimata pelanggan yang selanjutnya akan mengarah pada citra perusahaan yang baik. Alasan The Body Shop membahas mengenai isu trafficking adalah karena di dalam salah satu value The Body Shop ada yang membahas mengenai defend human rights, salah satu dari human rights tersebut adalah anak-anak. Dan diketahui bahwa trafficking tersebut merupakan kejahatan ketiga terbesar setelah obat-obatan dan senjata api. Dan diketahui pula bahwa Negara-negara yang merupakan cabang-cabang dari The Body Shop tersebut memiliki kasus trafficking yang cukup besar pula.
Public relations lebih banyak berperan dalam menggali berita-berita, sehingga public relations banyak melakukan kerja sama dengan media-media. Public relations beranggapan bahwa wartawan melalui tulisannya mempunyai kekuatan yang sangat besar dalam mengubah opini masyarakat serta dapat menggerakkan hati seseorang untuk melakukan sesuatu.   Salah satu bentuk nyata public relations berperan dalam menggali berita-berita adalah dengan melakukan investigasi atau liputan ke daerah-daerah yang memang di waspadai banyak terjadi kasus trafficking, seperti Batam, Lampung, Pontianak, Bandung, Surabaya, Solo, dan Medan.
Dalam pelaksanaan kampanye “Stop The Trafficking of Children and Young People”, dijelaskan bahwa public relations menggunakan strategi 360 derajat, yaitu suatu strategi komunikasi yang berusaha mendekati konsumennya dengan memanfaatkan setiap media komunikasi yang ada, seperti media cetak, media elektronik, serta media online. Namun strategi 360 derajat yang dimaksudkan oleh public relations The Body Shop tersebut yaitu segala ide atau strategi untuk menjalankan kampanye ini tidak hanya berasal dari public relations saja tetapi juga dari masing-masing divisi yang memiliki kaitannya dengan kampanye tersebut. Strategi ini tidak hanya dilihat dari satu sisi saja, sisi public relations, tetapi juga sisi lainnya. Ada divisi value yang akan memberitahukan kepada pihak-pihak internal perusahaan; marketing communications yang membuat iklan karena kampanye ini memiliki produk ambassador yang memerlukan promosi untuk menarik pelanggan; ada visual merchandise yang mendesain toko, mengenai letak-letaknya agar dapat dilihat pelanggan; divisi operations pun berperan karena karyawan toko akan menjelaskan mengenai kampanye tersebut.
Di dalam public relations sendiri, ia merencanakan untuk melaksanakan program edukasi, baik itu edukasi kepada pihak internal maupun pihak eksternal, karena isu mengenai trafficking tersebut cukup sulit. Melakukan edukasi kepada pihak internal sendiri cukup penting karena jangan sampai ketika The Body Shop mengkampanyekan mengenai trafficking tetapi ketika ditanyakan kepada beberapa pihak internal mengenai isu tersebut, mereka tidak mengetahui apa itu trafficking. Edukasi yang paling cepat untuk pihak eksternal adalah melalui pemberitaan di media sehingga public relations beberapa kali melakukan presentasi dengan media massa yang berbeda-beda, serta membuat program-program seperti mengajak media melakukan investigasi, media gathering dengan mengundang media untuk menonton bersama film yang bertemakan trafficking.
Jika dihubungkan dengan kerangkan teori yang dibuat oleh penulis dalam bab sebelumnya, maka dari segi PR Campaign, kampanye “Stop the Trafficking of Children and Young People” memiliki proses penyebaran informasi dan pengetahuan melalui bantuan media massa seperti yang dijelaskan oleh Public Relations The Body Shop. Penyebaran informasi tersebut dilakukan pada saat melakukaan edukasi kepada pihak internal dan eksternal pada saat sebelum acara dan juga pada saat acara dalam bentuk konferensi pers dan juga pemberitaan di media massa. Jenis kampanye yang dilakukan tersebut mengarah pada kampanye ideologi dan misi sosial, dimana kampanye “Stop the Trafficking of Children and Young People”  lebih  bersifat khusus dan juga berdimensi perubahan sosial (social change campaign). Adapun teknik berkomunikasi dilakukan melalui komunikasi massa, yang mana pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak ataupun elektronik), namun seiring dengan banyaknya pemahaman, massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa, sehingga massa disini mengarah pada khalayak, audience, penonton, pemirsa, atau pembaca. Jadi komunikasi massa merupakan komunikasi yang ditujukan kepada khalayak yang luar biasa banyak. Dengan banyaknya target yang ingin di kenai sasaran dalam kampanye ini, kampanye tersebut juga menggunakan teknik komunikasi melalui media massa, karena melalui media massa tersebut dapat membantu dalam menyebarkan berita seluas-luasnya sehingga targer sasarannya pun yang begitu banyak dapat menerima. Namun, pada kenyataannya seperti yang diteliti oleh penulis, tidak banyak pelanggan yang menyadari kampanye tersebut melalui media massa, mereka lebih banyak mengetahuinya melalui toko, tetapi pelanggan mengharapkan mereka dapat mendapatkan informasi melalui media massa. Berdasarkan pada metodenya, kampanye tersebut dibuat penuh dengan perencanaan, sistematis, memotivasi, dan berulang-ulang. Dari berbagai divisi The Body Shop membuat perencanaan masing-masing yang akan dijalankannya. Dari sisi public relations, awalnya ia melaksanakan proses edukasi dengen mengajak media melakukan investigasi secara langsung, hal tersebut dalam memunculkan motivasi bagi masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam kampanye yang dilakukan tersebut.

4.    SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
1.      Kampanye “Stop The Trafficking of Chlidren and Young People” menggunakan strategi 360 derajat, dimana dalam pelaksanaan kampanye tersebut, strategi yang dilakukan tidak hanya berasal dari satu pihak atau divisi saja tetapi dari semua pihak. Tidak hanya public relations yang membuat strategi tersebut, dari values dalam melakukan kerja sama dengan LSM; marketing communication dalam membuat leaflet, mengiklankan produk ambassador hand cream; visual merchandise dalam menyusun tata letak penempatan hal-hal yang berhubungan dengan kampanye di toko; operations dalam melatih para pelayan toko untuk menjelaskan masalah trafficking kepada pelanggan di toko. Strategi 360 derajat yang digunakan dalam pelaksanaan kampanye tersebut dirasakan cukup berhasil karena dengan menggunakan strategi perencanaan tersebut, fokus setiap divisi menjadi lebih spesifik dan terstruktur, mereka melaksanakan tugas sesuai dengan perencanaan divisinya tersebut. Dan tanpa bantuan dari divisi yang lainnya dan perencanaan, kampanye tersebut tidak akan berjalan dengan sukses. Dalam lingkup public relations sendiri, melakukan proses edukasi kepada internal dan eksternal untuk menjelaskan pemahaman mengenai trafficking, lalu melakukan investigasi ke daerah-daerah yang memiliki tingkat perdagangan manusia yang tinggi seperti Batam, Lampung, Bandung dan lainnya, serta melakukan konferensi pers sebagai tanda bahwa The Body Shop melakukan kampanye mengenai trafficking dan akan menyerahkan petisi kepada pemerintah dan donasi kepada LSM yang bekerja sama yaitu ECPAT. Dan juga memberitahukan bahwa petisi dan donasi yang terkumpul telah diberikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
2.      Secara objektif, kampanye “Stop The Trafficking of Chlidren and Young People” tersebut dapat dikatakan berhasil karena telah berhasil mengumpulkan petisi melebihi jumlah yang ditargetkan, baik yang ditargetkan oleh The Body Shop International maupun The Body Shop Indonesia. Awalnya The Body Shop Indonesia menargetkan untuk mengumpulkan 75.000 petisi, belum tiba sampai batas waktunya ternyata terlah berhasil mengumpulkan 100.000 petisi, lalu targetnya ditambah lagi menjadi 150.000 dan akhirnya diputuskan bahwa targetnya adalah mengumpulkan 200.000 petisi, dan jumlah yang terkumpul adalah 210.176 petisi. Target dari The Body Shop Internasional sendiri adalah 70 ribu petisi dan berhasil mengumpulkan 7.044.278 petisi. Secara keseluruhan, kampanye “Stop The Trafficking of Children and Young People” ini telah menciptakan kesadaran pelanggan terhadap The Body Shop. Memang awalnya mereka sudah cukup sadar mengenai The Body Shop yang merupakan brand kosmetik yang ramah lingkungan karena kandungannya, namun melalui kampanye tersebut, pelanggan menyadari dan diingatkan kembali bahwa The Body Shop juga merupakan brand kosmetik yang peduli terhadap lingkungan sekitarnya, yang dimana dengan kita membeli produk The Body Shop, kita juga sudah melakukan kegiatan sosial.

4.2 Saran
1.      Strategi 360 derajat yang digunakan dalam kampanye “Stop The Trafficking of Children and Young People” ini sudah bagus, sehingga dapat digunakan untuk kampanye berikutnya. Namun, lebih baik jika ditambahkan inovasi-inovasi sehingga pelanggan tidak akan bosan dengan kegiatan yang dilakukan dalam strategi tersebut, misalnya saja dengan melakukan penyuluhan terhadap isu yang diangkatnya, mengikutsertakan pelanggan yang ingin menjadi sukarelawan untuk mengunjungi dan merehabilitasi korban.
2.      Dalam hal memasang poster atau leaflet mengenai kegiatan atau kampanye yang akan dilakukan, sebaiknya jangan hanya dipasang di toko saja, melainkan juga ditempat-tempat tertentu yang cukup strategis. Karena ketika poster tersebut hanya dipasang di toko, terkadang pelanggan hanya fokus dalam melihat-lihat produk saja, sehingga poster tersebut hanya dilihat sekilas. Dengan memasang poster ditempat-tempat lainnya, hal tersebut dapat membantu dalam dalam menciptakan kesadaran bahwa The Body Shop merupakan brand yang pedulia terhadap lingkungan sekitar dan sering melakukan kegiatan sosia. Bukan hanya pelanggan saja yang akan menyadarinya tetapi juga masyarakat yang tidak menggunakan produk The Body Shop.
3.      Lebih aktif lagi dalam menyampaikan informasi mengenai kegiatannya. Pelayan toko juga wajib untuk diberikan pengetahuan mengenai kampanye tersebut sehingga ia dapat membantu meyakinkan pelanggan untuk berpartisipasi dalam kampanye tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Buku Acuan
Afriani, I. (2009). “Metode Riset Kualitatif” - Artikel, Lembaga Penelitian Mahasiswa Penalaran, Universitas Negeri Makasar.
Ardianto, E. (2010). Metodologi Penelitian untuk Public Relations: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Simbiosa Rekatama.
Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Grup.
Cutlip, S.M., Center, A.H. & Broom, G.M. (2006). Effective Public Relations. Edisi ke sembilan. New Jersy: Prentice Hall.
Durianto, D., Sugiarto & Budiman, L.J. (2004). Brand Equity Ten. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Durianto, D., Sugiarto & Budiman, L.J. (2004). Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Equitas dan Perilku Merek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Griffin, J. (2005). Customer Loyalty. Jakarta: Erlangga.
Liliweri, A. (2011). Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Nasution, M.N. (2004). Manajemen Jasa Terpadu. Bogor: Gralia Indonesia.
Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Peter, J.P., dan Olson, J.C. (2004). Consumer Behavior and Marketing Strategy. New York: McGraw-Hill.
Rochaety, E. dan Tresnati, R. (2005). Kamus Istilah Ekonomi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rumanti, M.A. (2005). Dasar-dasar Public Relations: Teori dan Praktik. Jakarta: PT. Grasindo.
Ruslan, R. (2008). Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ruslan, R. (2002). Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sitinjak, T., Durianto, D., Sugiarto. & Yunarto, H.I. (2004). Model Matriks Konsumen Untuk Menciptakan Superior Customer Value. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Umar, H. (2003). Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta: Gholia Indonesia.
Umar, H. (2008). Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wilcox, Dennis L., Cameron, Glen T. (2009). Public Relations: Strategies and Tactics. 9th edition. New York: Pearson International Edition.
Yoshida, D.T. (2006). Arsitektur Strategik: Sebuah Solusi Meraih Kemenangan dalam Dunia yang Senantiasa Berubah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sumber Lain
Schultz, D.E., Schultz, H.F. (2002). How to build a billion dollar business-to-bussiness brand. Marketing Management. Vol 9 no 2 p 22.


RIWAYAT PENULIS
Sarah Noor Fatimah, lahir pada 10 Juli 1990, di kota Jakarta, dan berpendidikan formal S-1 Fakultas Ekonomi dan Komunikasi Jurusan Marketing Communication pada Universitas Bina Nusantara. Selain itu pernah memiliki pengalaman kerja sebagai public relations di The Body Shop Indonesia (PT. Monica Hijau Lestari) selama periode Januari sampai Maret 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar