Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Minggu, 13 April 2014

Mungkinkah Pilpres 9 Juli 2014 Akan Dibatalkan?

Ijinkan saya mohon maaf kepada para pihak yang mungkin akan kecewa dan tersinggung atas opini sederhana ini. Walaupun pemihakan itu ada (kecil sekali) akan tetapi opini ini hanya mencoba mengkaitkan tali temali informasi dan perkembangan gerakan kerjasama antar partai politik dan tokoh partai peserta Pemilu 2014. Opini ini mencoba untuk tidak jumawa dan ‘kepedean’ dan kalaupun ada mohon sekali lagi untuk tidak menjadikan oknum yang ada di dalam opini ini menjadi sasaran kekecewaan anda.
1. Ketokohan SBY. Sinyal-sinyal positif terus menerus diberikan Pak SBY kepada Pak Jokowi dalam berbagai kesempatan. Kritik membangun juga sudah diberikan walau terkadang disikapi secara berlebihan oleh para lovers. Yang paling mendapat perhatian besar adalah ketika Presiden RI memberikan perintah lisan kepada Kapolri untuk meningkatkan pengamanan melekat kepada salah satu tokoh dan direspon dengan baik oleh pihak kepolisian dan ‘anehnya’ juga direspon secara baik oleh para lovers dan saya. Keberhasilan pembangunan Rumah Sakit Pekerja di Jakarta dan kesediaan Pemprov DKI untuk ikut menanam saham walaupun itu adalah program pemerintah pusat yaitu kerjasama Kementerian Kesehatan dan Kementerian Tenaga Kerja, juga membuat Pak SBY dengan ikhlas memberikan pujian kepada Pak Jokowi.  Padahal tanpa dibantu Pemprov DKI sekalipun pemerintah pusat pasti mampu membangun rumah sakit tersebut. Lalu pesan apa yang mau disampaikan oleh Pak SBY kepada masyarakat Indonesia..? Mungkin pesan yang ingin disampaikan akan lebih jelas jika kita  mencermati pernyataan salah satu petinggi Demokrat Akhmad Mubarok yaitu mereka partai Demokrat “hanya tinggal” menunggu sinyal positif uluran tangan rekonsiliasi dari Ibu Mega, baru kemudian Partai Demokrat bersedia bekerja sama dengan capres Jokowi. Kalau Ibu Mega mau…maka kejadian ini akan semakin mengukuhkan kenegarawanan beliau. Dan kalau itu terjadi maka makin mengena kepada judul opini ini…. karena jangan lupa bahwa ketika Partai Demokrat telah memilih kepada siapa mereka akan bekerja sama maka ada Partai PAN yang akan ikut juga. Itulah salah satu kehebatan bangsa kita, bahwa ’silaturahmi antar sesama keluarga’ harus terus dijaga.
2. Bagaimana kalau seandainya PAN yang akan memulai kerjasama dengan Pak Jokowi.? Apakah Partai Demokrat akan ikut serta..? Menurut saya agak sulit bagi Partai Demokrat jika PAN yang memulai. Kenapa..? Mungkin saja karena Edhie Baskoro Yudhoyono sebagai kepala rumah tangga yang akan mengambil keputusan…jadi keputusan apapun yang akan diambil oleh Ibas akan berdampak berpengaruh kepada keputusan Partai Demokrat dan PAN. Lalu, Pak Amien Rais kemana..? Mohon maaf, saya agak sulit memperkirakan pergerakan tokoh yang satu ini. Ujian ketokohan dan gelar pahlwan reformasi buat Pak Amien Rais sejatinya akan terlihat pada Pilpres 2014 ini. Sebagai bagian dari reformasi yang berhasil mengeliminir hegemoni Golkar dan pribumi berpangkat, maka pada prinsipnya Pak Amien Rais hanya mempunyai 2 opsi yaitu mendukung sang tetangganya Pak Jokowi atau golput..
3. Sedikit terkejut menonton TV saat 26 DPW PPP yang dimotori oleh tokoh muda mereka Pak Rahmat Yasin dkk ternyata membenarkan bahwa akan terjadi evaluasi kinerja pucuk pimpinan PPP karena mereka mengganggap bahwa ada salah 3 anggota mereka yang secara kasar telah melacurkan diri kepada partai lain, disaat para kader PPP di akar rumput berjuang hidup mati jual tanah jual rumah untuk mengumpulkan satu demi satu suara. Gerakan ‘perlawanan’ tersebut semakin menunjukkan bahwa dukungan terburu-buru yang diberikan SDA kepada partai Gerindra ternyata hanya mewakili suara 3 orang saja. Dan yang lebih menarik lagi adalah ternyata Rahmat Yasin adalah mantan Bupati Bogor yang telah pernah bekerja sama dengan Pak Jokowi dalam rangka menghijaukan kembali kawasan puncak lewat penanaman pohon dan proyek kemanusiaan tanggap bencana melalui proyek pembangunan waduk di daerah Ciawi. Tidak ada sekat antara seorang Gubernur dengan ‘anak daerah’ Bupati dalam kedua proyek tersebut, yang aneh malah orang jadi lupa bertanya mana-dimana Menteri Lingkungan Hidup-nya..? Kenegarawan Ibu Mega ketika memberikan kesempatan luar biasa kepada tokoh senior PPP Pak Hamzah Haz menjadi wakil presiden ternyata sepertinya berbuah manis kepada para tokoh muda PPP. Partai berbasis agama ini mungkin juga sama seperti banyak orang telah melakukan tes DNA kepada Joko Widodo selama menjabat sebagai Walikota dan Gubernur. Mungkin mereka telah menyaksikan bagaimana seorang marhaen PDI Perjuanganternyata sangat care dengan umat dan kemajuan agama Islam di daerah yang dia pimpin. Tidak bisa kita pungkiri, selalu ada tokoh partai yang saking cinta kepada partainya…malah melupakan partai lain dan konstituen partai lain ketika ia menjadi kepala daerah. Sudah jamak terjadi di negeri kita. Menurut pengakuan Pak Din Syamsudin (semoga beliau menjadi menteri Agama RI….Amin YRA), dari dompet sendiri, tidak menggunakan uang APBD, Ibu Iriana Widodo menyumbangkan sebuah bangunan berbentuk joglo di sekolah alam milik Muhamadiyah di Solo. Padahal tanpa menyumbang pun, Jokowi sudah terpilih jadi Walikota. Mungkin kejadian ini memberikan pemahaman bahwa ukhuwahtidak melulu milik tokoh partai berbasis agama.
4. Sebagai salah satu partai yang saya kagumi, karena militansi dan kesetiakawanan antar kader mereka, PKS jarang sekali mau mendukung tokoh dari partai lain dalam proses Pilkada. Dengan segala kekurangan yang mereka miliki, PKS lebih memilih untuk menjagokan kader murni mereka dan ternyata sering berhasil. Apapun strategi yang mereka gunakan sekali lagi terlepas dari inti opini ini. Yang penting adalah PKS harus kita akui mampu menang di beberapa wilayah di Indonesia. Dan ternyata, kepiawaian PKS sejauh ini terbukti mental ketika berhadap-hadapan langsung dengan Pak Jokowi. Kita semua tahu bahwa Hidayat Nur Wahid merupakan salah satu tim sukses pemenangan Pak Jokowi pada Pilkada Walikota Solo. Mungkin saja kejadian ini mirip-mirip dengan apa yang dirasakan oleh para tokoh dan konstituen partai PPP. Kerendahan hati Pak Jokowi tentu saja bisa “memungkinkan” beliau untuk datang ber-silaturahmi dengan PKS. Dan kalau dugaan ini kembali menjadi kenyataan, maka judul opini saya ini semakin mengena.
5. Pak Abu Rizal Bakrie menyatakan bahwa Golkar dan PDI Perjuangan akan tetap bertarung dalam Pilpres dengan setengah porsi tentu saja berhasil mematahkan opini saya ini. Walaupun saya tetap tidak patah semangat untuk mengatakan bahwa sejatinya Golkar pun telah “mendukung” Capres Jokowi lewat kinerja parlemen dan pemerintahan, dan sebaliknya. Karena Rapimnas Golkar telah mendaulat ARB untuk menjadi Capres Golkar maka tentu saja ARB tidak mau mengambil resiko sebagaimana apa yang dilakukan oleh SDA Brother’s. Kita semua paham bagaimana karakteristik tokoh-tokoh partai Golkar yang mereka akui sendiri bahwa mereka tidak terbiasa menjadi oposisi. Pernyataan bang ARB ini tentu saja akan dibijaksanai oleh para tokoh partai Golkar dan kader2 mereka di akar rumput. Secara tidak sengaja, bang ARB menyampaikan kepada publik, bahwa selain beliau masih ada tokoh yang lebih baik dan lebih layak dipilih. Dan kalaupun, ARB kalah dalam Pilpres maka kita akan tetap punya teman. Langkah yang sangat cerdik dan menurut saya ini merupakan sikap kenegarawanan dalam artian ARB mengakui secara tersirat kehebatan pesaingnya tetapi tetap menjaga harga diri dan martabat Partai Golkar. Dalam konteks ini, saya  justru bingung melihat gerakan zig-zag Pak Jusuf Kalla dan Pak Akbar Tanjung. Yang terpenting dari pernyataan bang ARB ini tentu saja semacam sinyal kepada para kader dan simpatisan partai Golkar bahwa kalau anda tidak mau memilih ARB maka pilihlah Jokowi, bukan yang lain. Setengah mengena kepada opini ini, bukan.?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar