Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Selasa, 22 April 2014

Lelaki “Luar Biasa”

Di hari kartini  tahun 2014 ini, ungkapan tentang emansipasi bukan hanya untuk perempuan. Akan tetapi penghormatan terbesar justru buat laki-laki yang dengan sepenuh hati mau berbagi dan bekerjasama dengan perempuan demi mencapai cita-cita dan entitas dirinya atau unit sosial terkecil, keluarga.
Era milenium seperti saat ini, memberikan kesempatan bagi perempuan untuk berkiprah, berkarya, bekerja, berapresiasi dengan sepenuh hati dan pikirannya bukanlah hal yang terlalu sulit. peluang ataupun kesempatan sangat terbuka lebar baginya. Mereka bisa bekerja dengan passion serta tidak mengenal waktu. Peluang untuk mendapatkan pekerjaan ini memberikan penghasilan yang besar bagi perempuan, sehingga mereka tidak lagi tergantung dengan laki-laki. Dunia kerja semakin membuka diri, di sisi lain, kemampuan dan keberanian perempuan tidak diragukan ketika menapaki dunia kerja itu sendiri. Klop lah sudah, cinta tidak bertepuk sebelah tangan.
Sisi lain, dibalik perempuan yang sangat berprestasi dan begitu dinamisnya dalam dunia kerja, terdapat sosok laki-laki yang sangat menopangnya. Bisa dipastikan tanpa adanya topangan dari laki-laki ini, belum tentu perempuan yang sukses dalam karier dan keluarganya dapat mencapai hasil maksimum.
Di saat perempuan bekerja ke luar rumah di pagi hari (karena perempuan yang banyak bekerja di sektor formal, sedangkan laki-laki di sektor informal), laki-laki yang mengantarkan anak sekolah. Agak siang, di saat jam pulang, mayoritas juga laki-laki yang harus jemput anak dari sekolah plus nganter anak ikut berbagai macam les. (Hasil penelitian pembagian kerja dalam rumah tangga,2013: mayoritas laki-laki turut dalam pengasuhan anak,sedangkan tugas domestik yang lain,hanya sedikit yang terlibat. Dengan beberapa alternatif pilihan: diserahkan ke asisten rumah tangga atau dikerjakan oleh istri).
Di saat perempuan, ada pekerjaan di luar kota, merekalah yang tetap bertanggungjawab mengasuh anak, menjaga rumah dan secara otomatis bertanggungjawab dengan pekerjaan domestik, walaupun bukan dirinya sendiri yang melakukannya. Tidak sedikit diantara mereka yang mengerjakannya dengan penuh tanggungjawab, artinya tidak menjadikan pekerjaan domestik itu sebuah beban, akan tetapi sebagai tanggungjawab bersama untuk mengembangkan atau memelihara entitas individu dalam keluarga.
Perwujudan “tidak mengeluh” itu bisa tampak dari suasana rumah tangga yang tenang-damai ataupun anak-anak yang selalu ceria dalam masa pertumbuhannya. Selain itu,mereka juga tetap beraktivitas dan bekerja sesuai dengan cita-cita yang diimpikannya. Bekerja dan menghasilkan pendapatan bagi keluarga ataupun menjalankan berbagi macam aktivitas sosial, politik ataupun hobi. Artinya mereka melakukan berbagai macam aktivitas tersebut dengan riang-gembira, tanpa adanya paksaan dari siapapun,serta  adanya kesadaran dan tanggungjawab bersama. Disamping itu, entitas dirinya sebagai individu tidak melebur dan larut dalam sebuah keputusasaan bahwa sebagai laki-laki dia bukan pencari nafkah utama. Layaknya doktrin dalam budaya patriarkhi yang selama ini dianggap mengakar kuat dalam masyarakat Indonesia. Sebaliknya, mereka beropini nafkah keluarga pun menjadi tanggung jawab bersama, termasuk pembagian kerja dalam rumah tangga.

Terima kasih, para lelaki yang mau berbagi dalam berbagai macam kerja rumah tangga (domestik) dan publik. Dunia memang akan terasa sangat indah jika kita mau berbagi dan bertoleransi. Pekerjaan domestik tidak identik dengan perempuan dan pekerjaan publik tidak identik dengan laki-laki,,tetapi kita bisa berbagi dan bekerjasama, kawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar