Media Informasi Pemuda Peduli Dhuafa Gresik (PPDG) || Website: www.pemudapedulidhuafa.org || Facebook: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Twitter: @PPD_Gresik || Instagram: Pemuda Peduli Dhuafa Gresik || Email: ppd.gresik@gmail.com || Contact Person: 0838-3199-1684 || Nomor Rekening: 0335202554 BNI a.n. Ihtami Putri Haritani || Konfirmasi Donasi di nomor telepon: 0857-3068-6830 || #SemangatBerkarya #PPDGresik

Senin, 14 April 2014

Lucunya “Filler Words” Presenter Berita

ADA orang-orang yang begitu lancar bicara saat berada di hadapan publik. Dia bisa merangkum tata bahasa sehingga mengalir lancar dan tidak membingungkan audiens. Tapi ada juga orang-orang yang terlihat gugup, terlihat kebingungan mengolah kata, sehingga kebanyakan jeda dalam percakapannya. Jeda itu diekspresikan lewat gumaman seperti “eeeee”, “Hmmm”, atau mengulangi beberapa kata. Misalnya, “ini hal yang yang yang yang yang sulit …”
Kalau dipikir-pikir dan didengar-dengar, ini sangat lucu sekali. Coba lihat wartawan lapangan di program news baik di TV One, Metro TV, atau yang lainnya. Sepengetahuan saya banyak presenter lapangan di TV One, terutama saat memberitakan kejadian langsung, dipenuhi “ratusan” gumaman “eeee”. Taruhlah begini contohnya.
“Selamat pagi, pemirsa. Pagi ini saya berada di tengah banjir yang eeeee terjadi di daerah Jakarta. Eeee ketinggian banjir sampai satu meter eeee. Mari kita eeee, kita wawancara salah satu warga. Eee .. eeee…”
Hal ini tentu sangat mengganggu kuping audiens. Itu pun kalau kita memperhatikan. Bandingkan dengan presenter yang meminimalisir adanya jeda gumaman itu. Terasa lancar dan nyaman.

Filler Words
Saya tentunya tidak jauh lebih baik dari presenter lapangan itu. Barangkali saja kebanyakan “eee” dan kebanyakan mikir juga saat berucap. Tapi karena rajin menulis, lawan bicara lumayan tak banyak mendengar saya ber “eee- eeee” ria.
Itulah yang dinamakan Filler Words. Atau kata-kata yang tak punya makna.  Dan ketika kata  yang sama diulang-ulang dalam pembicaraan dua arah, maka kata tersebut pun sudah kehilangan makna. Hal tersebut (Filler Words) tidak bisa dihindarkan dari diri kita. Tapi jika kita terlalu banyak melakukannya, bisa jadi audiens/lawan bicara akan bosan, mengantuk, dan meninggalkan kita. Menjuluki kita sebagai sosok yang kurang punya public speaking yang bagus. Bagaimana cara mengatasinya?
Hal pertama adalah tidak menjadikan hal itu sebagai kebiasaan. Kebanyakan orang tanpa sadar melakukan filler words karena kurang melatih diri dalam berkomunikasi dengan orang banyak. Dalam hal ini filler words dalam percakapan sehari-hari sangat diwajarkan. Tapi bagaimana jika kita ditempatkan dalam ruang formal dan profesional?
Tidak jarang teman-teman sekelas saya dulu kebanyakan filter words saat presentasi kelas. Begitupun dosen. Begitupun si bos saat memimpin rapat. Sampai-sampai saya iseng menghitung jumlah “eee” yang mereka ucapkan. Jumlahnya bisa sampai ratusan. Seperti wafer saja …

Mengenal Public Speaking
Public Speaking sepengetahuan saya adalah seni berkomunikasi di hadapan orang banyak. Ada tiga komponen di dalamnya. Pertama pesan, suara, dan bahasa tubuh. Pesan adalah apa yang ingin kita sampaikan pada lawan bicara. Suara adalah yang terdengar dari pita suara kita. Intonasi yang jelas atau pelafalan jelas dan volume bicara, adalah hal tak terbantahkan untuk dipertimbangkan. Kemudian bahasa tubuh adalah bagaimana fisik kita menggerakkan diri secara natural untuk mengajak lawan bicara/audiens untuk mengikuti atau bersetuju dengan apa yang kita ungkapkan. Untuk itulah kenapa ketika seseorang menyuruh masuk, tangannya juga ikut “bicara”. Yakni menggerakkan jari jemari agar lawan bicara mengajak masuk.
Public speaking yang baik adalah public speaking yang tahu konteks. Dalam acara huru-hara seperti Dahsyat atau MC ulang tahun anak-anak, kita dituntut untuk lepas dan antusias. Sementara dalam news program, kita harus berlagak formal. Public Speaking yang dikatakan berhasil adalah public speaking yang membuat audiens mengerti apa yang kita bicarakan. Kemampuan berkomunikasi ini lazim ditemui di banyak bidang pekerjaan.

Bagaimana Menghindari Filler Words

Sebagian orang akan gugup jika ditempatkan di depan publik dan bicara. Kuasailah lapangan, putar kepala dan lihat sekeliling. Jangan menunduk seakan-akan semua mata meleluconkan diri kita. Biasanya setelah medan dikuasai, kita akan lebih damai dengan diri sendiri dan tak kebingungan dalam mengola kata.
Selanjutnya kuasai materi, tapi tak harus berkutat pada apa yang sudah kita pelajari. Segala hal memang butuh persiapan, tapi jika di hari H kita tidak rileks, persiapan kita bisa kacau. Buatlah poin-poin dalam kepala, seperti ada plan A dan plan B. Jadi kita akan terhindar dari “shocking” sementara. Biasanya orang yang percaya diri punya sedikit sekali filler words bahkan tak ada.
Cara mengatasi filler words lainnya adalah dengan mengakalinya melalui intonasi. Seperti contoh di bawah ini:
“Kita harus berpikiran positif supaya(aaaa) bisa lebih menikmati hidup itu sendiri.”
Adanya pemanjangan fonem di akhir terdengar lebih enak daripada audiens mendengar filler words. Selain itu latih pula agar kita memberikan jeda usai menghantarkan kalimat agar ada “ruang” berpikir untuk mengatakan hal selanjutnya. Semata agar kita tidak terlihat sangat berpikir dan kebingungan.
Akan tetapi Filler Words juga berguna agar lawan bicara tahu kalau kita belum selesai bicara. Artinya lawan bicara akan menunggu apa yang akan kita utarakan selanjutnya sehingga tidak mengambil alih/memotong atau menyela. Tapi kalau kebanyakan filler words, bisa jadi itu akan “mematikan” diri kita. Termasuk presenter. Dia bertanggung jawab menyampaikan informasi pada masyarakat. Semoga pihak televisi pembuat tayangan news program bisa lebih selektif lagi memilih wartawan lapangan. Mereka dituntut untuk dapat mengolah kata-kata dengan baik, tidak membingungkan penonton, dan tentunya hindari “aa uu” segala. Sebab mereka dituntut untuk dapat berbicara dengan perbendaharaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sangat tidak lucu jika mereka membuang waktu dengan menggelontorkan banyak gumaman dan kata tanpa makna.
Kita lihat perkembangannya. Simak saja news program dan temukan “kelucuan” mereka ber-filler words ria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar